GAZA, KOMPAS.com - Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) melaporkan lebih dari 10.000 anak di Kota Gaza membutuhkan perawatan akibat gizi buruk akut di tengah perang Israel di Gaza yang terus berlangsung.
“Pengungsian paksa dan besar-besaran keluarga dari Kota Gaza merupakan ancaman mematikan bagi kelompok paling rentan,” kata Tess Ingram, juru bicara UNICEF di zona Al-Mawasi, Gaza selatan, seperti yang dikutip dari AFP pada Selasa (16/9/2025).
Berbicara kepada jurnalis dalam konferensi pers PBB yang disiarkan dari Jenewa, Ingram memperingatkan tentang meningkatnya angka gizi buruk pada anak-anak.
Baca juga: Warga Palestina Kembali Mengungsi Saat Bom Israel Hujani Gaza
“Kami memperkirakan 26.000 anak di Jalur Gaza saat ini membutuhkan perawatan untuk gizi buruk akut, termasuk lebih dari 10.000 hanya di Kota Gaza,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pada Agustus, lebih dari satu dari delapan anak yang diperiksa di Jalur Gaza menderita gizi buruk akut, “angka tertinggi yang pernah tercatat”.
Di Kota Gaza, proporsinya bahkan lebih tinggi, yakni satu dari lima anak.
Namun, pusat-pusat layanan gizi di Kota Gaza terpaksa ditutup pekan ini akibat perintah evakuasi dan eskalasi militer Israel.
Baca juga: Terkenal Irit Bicara, Raja Spanyol Ikut Kecam Israel Hancurkan Gaza
Tentara Israel mengklaim bahwa mereka yang mengungsi ke arah selatan menuju wilayah Al-Mawasi akan menemukan makanan, tenda, dan obat-obatan.
Faktanya, hampir dua tahun sejak perang dimulai, Israel kerap membombardir apa yang disebut sebagai “zona kemanusiaan” di Jalur Gaza itu, dengan alasan menargetkan Hamas di sana.
“Tidak manusiawi mengharapkan hampir setengah juta anak, yang hancur dan trauma akibat lebih dari 700 hari konflik tanpa henti, untuk melarikan diri dari satu neraka hanya untuk berakhir di neraka lain,” ungkap Ingram.
Seorang pejabat militer Israel menyebut sekitar 40 persen populasi Kota Gaza dan sekitarnya, yang diperkirakan mencapai satu juta jiwa, telah mengungsi.
Baca juga: Gaza Terbakar, Israel Luncurkan Serangan Darat Besar-besaran
Menurut UNICEF, sejak 14 Agustus 2025, sedikitnya 150.000 orang dari Kota Gaza meninggalkan saat menuju selatan.
Pembatasan media di Gaza serta sulitnya akses ke banyak wilayah membuat AFP tidak dapat memverifikasi secara independen detail yang diberikan oleh berbagai pihak.
Sekitar 150.000 orang telah melarikan diri dari Kota Gaza ke selatan sejak 14 Agustus, kata Ingram.
Akses media yang terbatas membuat informasi itu tidak dapat diverifikasi secara independen di lapangan oleh AFP.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang di Israel, sebagian besar warga sipil.
Sebagai balasan, kampanye militer Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 64.964 orang, juga mayoritas warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang diakui PBB.
Baca juga: Penyelidik PBB Nyatakan Israel Lakukan Genosida, Hancurkan Warga Palestina di Gaza
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini