BANGKOK, KOMPAS.com - Puluhan warga sipil Kamboja terluka setelah militer Thailand menggunakan gas air mata dan peluru karet dalam bentrokan dengan demonstran Kamboja di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Media lokal Kamboja melaporkan, sedikitnya 29 warga sipil, termasuk warga desa dan biksu Buddha, mengalami luka-luka akibat bentrokan dengan pasukan Thailand pada Rabu (17/9/2025) sore.
Militer Thailand menyebut sejumlah aparat mereka juga terluka dalam insiden tersebut, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Thailand-Kamboja Bentrok Lagi, Tembakkan Gas Air Mata di Perbatasan
Kekerasan ini menjadi yang paling parah sejak kedua negara menghentikan pertempuran lintas batas pada Juli lalu.
Sejak gencatan senjata disepakati akhir Juli, pertempuran yang melibatkan artileri, roket, dan serangan udara telah menewaskan sedikitnya 48 orang di kedua negara, serta memaksa ratusan ribu penduduk mengungsi.
"Kamboja mendesak Thailand menghindari tindakan yang dapat memicu eskalasi atau memperluas sengketa," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Kamboja yang dimuat media lokal, Kamis (18/9/2025).
Pernyataan itu juga mengecam tindakan militer Thailand yang dinilai melanggar kedaulatan Kamboja dan hukum internasional.
Reuters melaporkan bentrokan pecah di sekitar pemukiman perbatasan yang diperebutkan.
Baca juga: Meski Sepakat Damai, Thailand Tetap Gugat Kamboja atas Perang di Perbatasan
Thailand mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari Desa Ban Nong Ya Kaew di Provinsi Sa Kaeo. Sedangkan Kamboja menyebutnya bagian dari Desa Prey Chan di Provinsi Banteay Meanchey.
Militer Thailand menyatakan, pihaknya merespons sekitar pukul 15.40 waktu setempat setelah 200 demonstran Kamboja berunjuk rasa menolak pemasangan kawat berduri dan barikade di perbatasan.
30 menit setelah pengerahan pasukan, militer Thailand menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk mengendalikan massa.
Mereka menuding pengunjuk rasa Kamboja membawa tongkat kayu, batu, dan ketapel.
Pasukan Thailand juga menggunakan perangkat akustik jarak jauh yang memancarkan suara bertenaga tinggi untuk menghalau demonstran Kamboja.
Baca juga: Thailand-Kamboja Ribut Lagi, Tentara Kehilangan Kaki Kena Ranjau
"Pada akhirnya, polisi pengendali massa dikerahkan untuk meredakan situasi sesuai norma internasional dengan menggunakan gas air mata dan peluru karet guna mencegah kerusuhan meluas," kata juru bicara militer Thailand Winthai Suvari.
Otoritas Kamboja menanggapi dengan serangkaian pernyataan keras.