KOMPAS.com - Penyusunan studi kasus menjadi salah satu tahapan penting dalam Ujian Tertulis Berbasis Komputer Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru (UTBK UKPPPG) 2025.
Dalam ujian tersebut, guru peserta PPG bagi Guru Tertentu Tahun 2025 diminta menuliskan pengalaman nyata di kelas dalam bentuk studi kasus yang relevan dengan pembelajaran.
Perlu diketahui, format studi kasus PPG 2025 kini dibagi ke dalam empat konteks utama, yaitu masalah penggunaan media, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), strategi pembelajaran, serta penilaian.
Setiap bapak/ibu guru akan diarahkan untuk menjawab empat pertanyaan pokok, yakni:
Baca juga: Kunci Jawaban TAM, Tes Akhir Modul Profesional PPG PAI Kemenag 2025Â
Penulisan studi kasus dibatasi maksimal 500 kata, mencakup jawaban untuk keseluruhan pertanyaan di atas.
Berikut contoh studi kasus PPG 2025 dalam konteks media, LKPD, strategi pembelajaran, dan penilaian:
Optimalisasi Media Pembelajaran untuk Materi Geografi Adaptif
Sebagai seorang guru Geografi di kelas XI SMA Harapan Bangsa pada tahun ajaran 2024/2025, saya menghadapi tantangan khusus dalam menyampaikan materi geografi adaptif. Topik mengenai dinamika atmosfer dan mitigasi bencana sering dianggap abstrak oleh siswa, sehingga minat mereka menurun. Buku teks yang saya gunakan tidak mampu sepenuhnya menggambarkan proses yang kompleks, dan gambar statis sulit memberikan visualisasi yang utuh.
Permasalahan utama adalah keterbatasan media pembelajaran. Materi geografi adaptif menuntut pemahaman visual yang kuat, namun media yang saya gunakan masih berupa teks dan gambar dua dimensi. Akibatnya, siswa kesulitan membayangkan proses terbentuknya angin, hujan, atau pergerakan lempeng bumi. Kelas terasa pasif, siswa cepat kehilangan fokus, dan pemahaman konsep spasial mereka tidak berkembang optimal. Kondisi ini membuat pembelajaran terasa satu arah dan kurang interaktif.
Menyadari keterbatasan tersebut, saya berinisiatif mencari media pembelajaran yang lebih sesuai. Beberapa langkah yang saya lakukan antara lain:
Saya menggunakan video dokumenter singkat dari sumber edukatif seperti YouTube Edu dan BMKG. Video tersebut menampilkan simulasi proses atmosfer, sehingga siswa dapat melihat pergerakan awan, terbentuknya hujan, atau dampak bencana secara visual.
Siswa diajak melakukan eksplorasi virtual wilayah rawan bencana. Melalui citra satelit, mereka dapat menganalisis pola permukiman, topografi, hingga dampak bencana alam yang pernah terjadi.
Saya membuat infografis sederhana menggunakan Canva, serta mengakses peta interaktif dari BNPB. Media ini memudahkan siswa membaca data spasial dengan lebih ringkas dan menarik.
Saya menyiapkan proyektor mini dan laptop di sudut kelas yang dapat digunakan siswa untuk mengakses media visual kapan pun diperlukan. Dengan begitu, mereka bisa mengulang materi secara mandiri.
Baca juga: Kunci Jawaban Pretest Modul Profesional Akidah Akhlak Topik 2 Asmaul Husna, PPG Kemenag 2025 PAI
Hasil dari langkah ini cukup signifikan. Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran karena materi yang sebelumnya abstrak kini menjadi lebih nyata. Diskusi di kelas berjalan lebih aktif, siswa berani mengajukan pertanyaan, dan mereka mampu menjelaskan kembali fenomena atmosfer secara runtut.
Dalam penilaian proyek akhir, siswa diminta membuat presentasi berbasis media digital. Hasilnya menunjukkan peningkatan kreativitas sekaligus pemahaman mendalam tentang topik yang dipelajari.