Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat

Kompas.com - 23/09/2025, 16:15 WIB
Muhammad Iqbal Amar,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Ia berharap seluruh korban bisa segera pulih, sementara pemerintah terus menelusuri penyebab pasti insiden tersebut.

Baca juga: MBG Tidak Sesuai Selera Anak Picu Food Waste, Pengamat Beri Catatan untuk Pemerintah

3. Makanan dimasak malam lalu dibagikan siang hari

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai, insiden tersebut dipicu makanan yang sudah basi akibat kesalahan waktu memasak dan distribusi.

“Masalah utamanya, makanannya basi. Dimasak malam hari, baru didistribusikan, lalu disantap siswa pada siang hari. Jadi waktunya terlalu lama antara dimasak dan dimakan,” ujar Dedi saat ditemui di Kampus UIN Sunan Gunung Jati, Bandung, dikutip dari Kompas.com, Selasa (23/9/2025).

Laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat juga menguatkan temuan tersebut.

Hidangan berupa nasi dan lauk diduga menjadi penyebab keracunan, lantaran dimasak pada malam sebelumnya lalu baru dikonsumsi keesokan harinya saat jam makan siang.

Baca juga: Respons BGN soal Surat Pernyataan MBG yang Minta Orangtua Tanggung Risiko Keracunan

4. Olahan ayam kecap diduga menjadi penyebabnya

Menu makanan program MBG yang disajikan di Kecamatan Cipongkor berisi nasi, ayam kecap, tahu goreng, potongan melon, serta lalapan berupa selada, tomat, dan timun.

Dari menu tersebut, olahan ayam kecap diduga kuat menjadi penyebab ratusan siswa mengalami keracunan hingga harus mendapatkan perawatan medis.

Meski demikian, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat menegaskan dugaan itu masih harus dibuktikan secara ilmiah.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan KBB, Lia N. Sukandar menjelaskan, identifikasi sumber keracunan hanya bisa dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium.

“Kemarin petugas sudah mengambil sampel muntahan siswa untuk diperiksa,” katanya saat ditemui di Kantor Kecamatan Cipongkor, dikutip dari Kompas.com, Selasa (23/9/2025).

Menurut Lia, sedikitnya dua kantong plastik berisi muntahan siswa bersama sisa makanan telah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungannya.

Hasil uji tersebut akan menjadi dasar penentuan sumber keracunan yang memicu jatuhnya ratusan korban dari program makan gratis tersebut.

Baca juga: Naik Rp 50 Triliun, Ini Rincian Penggunaan Anggaran MBG Rp 268 Triliun pada 2026

5. Gejala keracunan beragam

Setelah menyantap menu MBG, para siswa di Cipongkor mengalami keluhan dengan pola yang hampir seragam.

Mayoritas korban mengaku mual, pusing, hingga muntah, meski waktu munculnya gejala berbeda pada tiap anak.

Lia menjelaskan, perbedaan reaksi ini wajar terjadi.

“Reaksi keracunan berbeda-beda setiap orang. Ada anak SMP yang baru terasa setelah pulang, anak SMK setelah makan, bahkan ada yang makan tiga potong ayam tapi hanya muntah saja,” ungkapnya.

(Sumber: Kompas.com/ Penulis: Bagus Puji Panuntun, Faqih Rohman Syafei | Editor: David Oliver Purba, Irfan Maullana, Reni Susanti)

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Halaman:


Terkini Lainnya
5 Fakta Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat
5 Fakta Kasus Keracunan MBG di Bandung Barat
Tren
Wilayah Ini Berpotensi Hujan dan Angin Kencang Selama Sepekan ke Depan
Wilayah Ini Berpotensi Hujan dan Angin Kencang Selama Sepekan ke Depan
Tren
Topan Super Ragasa Hantam Kuat Filipina, Kini Ancam Hong Kong dan China
Topan Super Ragasa Hantam Kuat Filipina, Kini Ancam Hong Kong dan China
Tren
Bukan Disabotase, Ini Penyebab Mikrofon Tiba-tiba Mati Saat Prabowo Pidato di PBB
Bukan Disabotase, Ini Penyebab Mikrofon Tiba-tiba Mati Saat Prabowo Pidato di PBB
Tren
Terlalu Sering Sikat Gigi Justru Bisa Bikin Gigi Rusak? Ini Penjelasan Dokter
Terlalu Sering Sikat Gigi Justru Bisa Bikin Gigi Rusak? Ini Penjelasan Dokter
Tren
Kata Media Asing soal Pidato Prabowo Bela Palestina di PBB, Singgung Genosida dan Israel
Kata Media Asing soal Pidato Prabowo Bela Palestina di PBB, Singgung Genosida dan Israel
Tren
Benarkah Tekanan Darah 120/80 MmHg Bukan Lagi Normal? Ini Penjelasan Dokter
Benarkah Tekanan Darah 120/80 MmHg Bukan Lagi Normal? Ini Penjelasan Dokter
Tren
Warganet Keluhkan Cuaca Ekstrem di Wilayahnya, Dampak Siklon Tropis Ragasa?
Warganet Keluhkan Cuaca Ekstrem di Wilayahnya, Dampak Siklon Tropis Ragasa?
Tren
Tanah Telantar Bisa Diambil Negara, Mau Dipakai untuk Apa dan Siapa? Ini Kata BPN
Tanah Telantar Bisa Diambil Negara, Mau Dipakai untuk Apa dan Siapa? Ini Kata BPN
Tren
AS Larang Diplomat Iran Belanja di Toko Grosir Costco, Apa Alasannya?
AS Larang Diplomat Iran Belanja di Toko Grosir Costco, Apa Alasannya?
Tren
Cara Daftar Pa PK TNI 2025, Apa Saja Syaratnya?
Cara Daftar Pa PK TNI 2025, Apa Saja Syaratnya?
Tren
Begini Respons PM Israel Benjamin Netanyahu Usai Banyak Negara Akui Negara Palestina
Begini Respons PM Israel Benjamin Netanyahu Usai Banyak Negara Akui Negara Palestina
Tren
Benarkah Menikah di Usia 28–32 Tahun Risiko Cerainya Lebih Rendah? Ini Kata Psikolog
Benarkah Menikah di Usia 28–32 Tahun Risiko Cerainya Lebih Rendah? Ini Kata Psikolog
Tren
Pengakuan Perancis dan 5 Negara di Majelis Umum PBB Perluas Dukungan untuk Palestina
Pengakuan Perancis dan 5 Negara di Majelis Umum PBB Perluas Dukungan untuk Palestina
Tren
Ramai soal Hujan Cuma di Separuh Wilayah, BMKG Jelaskan Fenomena Batas Hujan
Ramai soal Hujan Cuma di Separuh Wilayah, BMKG Jelaskan Fenomena Batas Hujan
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau