"Beijing harus menjamin bahwa semua impor logam tanah jarang hanya berasal dari tambang yang mematuhi hukum dan standar lingkungan China," kata Pianporn kepada DW.
"Jika China serius ingin memimpin dalam hal peradaban ekologis, maka mereka harus bertindak secara akuntabel dan transparan," tambahnya.
Namun, jika Beijing merespon dengan keras maka itu akan bertentangan dengan kepentingan nasional mereka di tengah persaingan ketat geopolitis menguasai logam tanah jarang ini.
Asisten Profesor Dulyapak Preecharatch dan dosen Studi Asia Tenggara di Universitas Thammasat mengatakan, dalam mempraktikkan kebijakan luar negerinya di wilayah seperti Asia Tenggara, China selalu menekankan prinsip kedaulatan negara dalam hubungan bilateralnya.
Baca juga: Swedia Temukan Mineral Logam Tanah Jarang Terbesar di Eropa
Dalam prinsip tersebut, mereka tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, termasuk peraturan lingkungannya.
Dengan demikian, Beijing bisa mengatakan, mereka tidak ikut campur dalam penambangan tanah jarang di Myanmar, karena pengawasan terhadap kerusakan lingkungan adalah kedaulatan Myanmar.
San China tidak perlu mempertimbangkan masalah yang dihadapi negara-negara hilir lainnya, jelas Preecharatch kepada DW.
Demam tanah jarang tidak hanya terjadi di Myanmar. Setidaknya ada 15 tambang teridentifikasi di sepanjang anak sungai Mekong di Laos.
Kamboja saat ini belum memiliki tambang tanah jarang berskala besar yang aktif, tetapi eksplorasi sedang berlangsung.
Baca juga: Tambang Tanah Jarang di Myanmar Longsor, 5 Orang Tewas dan 7 Lainnya Hilang
Para ahli ingkungan khawatir akan adanya reaksi berantai pencemaran di kawasan sungai Mekong.
"Situasi ini kemungkinan besar akan semakin memburuk," ujar Eyler dari Stimson Center kepada DW.
"Ada kemungkinan seluruh populasi ikan di sungai tercemar, dan kawasan lahan basah di sepanjang aliran sungai yang merupakan zona produksi pertanian untuk dunia, tidak dapat digunakan untuk waktu yang lama," tambahnya.
Untuk saat ini, Mekong masih dianggap sebagai salah satu sungai besar yang masih relatif bersih di dunia jika dibandingkan dengan sungai Gangga di India atau Yangtse di China. Namun para ahli khawatir, reputasi itu akan segera hilang.
Artikel ini pernah tayang di DW Indonesia dengan judul: Ambisi Logam Tanah Jarang China Cemari Sungai Mekong.
Baca juga: China Batasi Ekspor Tanah Jarang sebagai Tanggapan Tarif Trump
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini