Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu Fenomena "Job Hugging"? Ini Penjelasan Pakar UGM

Kompas.com - 23/09/2025, 09:03 WIB
Sania Mashabi,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pakar ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi menjelaskan fenomena kecenderungan untuk tetap bertahan dalam satu pekerjaan yang tengah dijalani, meskipun sudah tidak memiliki minat dan motivasi dalam pekerjaan tersebut atau job hugging.

Menurut Tadjuddin menjelaskan, fenomena itu muncul karena adanya ketidakpastian dalam lapangan kerja dan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia.

Fenomena ini, kata Tadjuddin juga sebenarnya bukanlah hal baru dan sudah ada sejak dahulu akibat situasi pasar kerja yang cukup sulit.

“Mencari pekerjaan baru memiliki resiko yang tinggi, maka mereka cenderung memilih bertahan,” kata Tadjuddin dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (23/9/2025).

Baca juga: Persiapan Kuliah 2026, Sekian Biaya Kuliah S1 UI, UGM, ITB Semua Jalur

Faktor keamanan finansial dan stabilitas, tambah Tadjuddin juga menjadi alasan paling dominan dalam job hugging meskipun situasi kerja tidak sesuai harapan.

"Lebih baik bertahan dengan pekerjaan yang ada saat ini daripada mengambil keputusan yang cukup berisiko dan belum pasti untuk kedepannya," ujarnya.

Tadjuddin menilai, situasi pasar kerja dalam lima tahun belakangan ini yang tidak menentu. Angka pengangguran tinggi, daya beli rendah, laju ekonomi yang melambat.

Bisa memberi efek domino

Permasalahan ini juga memiliki efek domino terhadap serapan tenaga kerja baru terutama untuk fresh graduate.

Baca juga: Pendidikan Kepala Staf Kepresidenan Baru M Qodari, Peneliti Bergelar Doktor dari UGM

“Nah, inilah yang menyebabkan tingginya angka pengangguran. Saat ini mencapai 7,4 persen dan tertinggi di Asia Tenggara. Mayoritas dari pengangguran adalah usia pencari kerja antara usia 15 – 24 tahun,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kini, banyak jalan pintas yang saat ini banyak dipilih adalah dengan menambah pekerjaan di samping melakoni pekerjaan utama.

Baca juga: Cek Biaya Kuliah S2 di UGM Per Semester untuk Semua Fakultas

Hal itu dilakukan daripada harus mengambil risiko dengan melepaskan pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru yang belum pasti.

"Masyarakat lebih memilih untuk menambah pemasukan dari pekerjaan sampingan seperti freelance atau bisnis kecil-kecilan," pungkas Tadjuddin.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau