KOMPAS.com - Selama berabad-abad, piramida Mesir kuno memikat imajinasi dunia. Salah satu mitos yang sering kita lihat di film seperti Indiana Jones atau video game Tomb Raider adalah perangkap mematikan yang dipasang untuk menggagalkan para perampok makam. Tapi, benarkah para arsitek piramida sengaja membuat perangkap jebakan yang mematikan?
Jawabannya: tidak.
“Tidak, mereka tidak menggunakan jebakan di dalam piramida. Tapi mereka membuatnya benar-benar sulit untuk dimasuki!” kata Reg Clark, seorang egyptologist independen yang menulis buku Securing Eternity: Ancient Egyptian Tomb Protection from Prehistory to the Pyramids.
Baca juga: Siapa Sebenarnya yang Membangun Piramida Agung Mesir?
Konsep perangkap di piramida kemungkinan besar berasal dari kisah-kisah fiksi. Film dan game menggambarkan lantai jebakan, panah tersembunyi, atau tali yang menggantungkan pencuri terbalik. Namun menurut para ahli, tidak ada bukti arkeologis bahwa jebakan semacam itu pernah dipasang di piramida Mesir.
Rolf Krauss, seorang pakar piramida Mesir, menjelaskan bahwa perangkap tidak akan efektif.
“Anda mungkin bisa menangkap satu atau dua perampok dengan perangkap. Tapi bagaimana dengan yang lainnya?” ujarnya.
Perampokan makam pada zaman Mesir kuno biasanya dilakukan oleh kelompok besar, bukan individu. Jadi, satu perangkap saja tidak cukup menghentikan mereka.
Baca juga: Kota Rahasia di Bawah Piramida Giza: Fakta Arkeologi atau Imajinasi?
Alih-alih menggunakan jebakan maut, para arsitek piramida mengandalkan rekayasa arsitektur untuk mengamankan makam. Sebelum era piramida, para firaun dimakamkan di mastaba – bangunan rendah berbentuk persegi panjang yang lebih mudah dijebol. Pembangunan piramida justru merupakan upaya untuk membuat tempat peristirahatan terakhir firaun lebih sulit dijarah.
“Bahan batu yang padat dan struktur raksasa piramida memberikan perlindungan alami,” jelas Clark.
Setelah firaun dimakamkan, pintu masuk dan lorong-lorong piramida ditutup dengan balok batu. Bahkan beberapa lorong buntu dibuat—mungkin untuk membingungkan pencuri.
Baca juga: Apa yang Disimpan Para Firaun Mesir Kuno di Dalam Piramida?
Meskipun tidak ada jebakan buatan, piramida tetap berbahaya untuk dimasuki. Clark mencatat tragedi yang terjadi saat penggalian piramida Sekhemkhet di Saqqara pada 1950-an.
“Saat para pekerja membuka jalur masuk, timbunan pasir dan batu di atasnya runtuh, menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya.”
Hal ini menunjukkan bahwa lorong dan penghalang batu memang bisa menimbulkan risiko mematikan, meski tidak disengaja.
Selain penghalang fisik, piramida juga dilengkapi perlindungan spiritual. David Ian Lightbody, seorang egyptologist, menjelaskan bahwa Teks Piramida – mantra-mantra magis – ditulis untuk melindungi firaun di alam baka. Salah satu kutipannya berbunyi:
“Osiris, usirlah semua yang membenci firaun, yang berbicara buruk tentang namanya.”
Baca juga: Ruang Tersembunyi Ditemukan di Piramida Mesir yang Nyaris Runtuh
Perlindungan terakhir adalah hukuman ekstrem. Naskah dari Dinasti ke-20 mencatat bahwa pencuri makam akan dihukum dengan memotong hidung dan telinga mereka, bahkan ditusuk hingga mati.
Namun, semua langkah ini tetap tidak selalu berhasil. Banyak piramida, termasuk Piramida Agung milik Firaun Khufu, dijarah pada zaman kuno atau Abad Pertengahan. Akhirnya, pada Dinasti ke-18, raja-raja Mesir berhenti membangun piramida dan memilih dimakamkan di Lembah Para Raja – meski sebagian besar makam di sana juga dirampok, kecuali makam Tutankhamun.
Baca juga: Mengapa Firaun Mesir Kuno Berhenti Membangun Piramida?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini