RIYADH, KOMPAS.com – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengadakan pembicaraan dengan pemimpin de facto Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dua pekan setelah dimulainya gencatan senjata Iran-Israel.
Informasi ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataan resminya di platform X, Rabu (9/7/2025) dini hari.
Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Mohammed menyampaikan harapan, gencatan senjata akan mendorong stabilitas kawasan.
Baca juga: Konflik Israel-Iran: Gencatan Senjata Tanpa Kepercayaan
Ia juga menegaskan posisi Riyadh yang mendukung penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi, Menlu Iran Abbas Araghchi menyampaikan apresiasi atas kecaman Arab Saudi terhadap serangan Israel terhadap Iran yang terjadi bulan lalu.
Pada 13 Juni lalu, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah wilayah di Iran, termasuk fasilitas militer, nuklir, serta kawasan permukiman.
Serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan militer senior dan ilmuwan nuklir, menurut keterangan dari pihak Teheran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan gelombang serangan drone dan rudal ke wilayah Israel, yang menurut otoritas setempat menyebabkan sedikitnya 28 korban jiwa.
Amerika Serikat, yang sejak April tengah bernegosiasi dengan Iran terkait program nuklirnya, turut melancarkan serangan ke Iran pada 22 Juni. Serangan itu menyasar sejumlah lokasi yang diduga berhubungan dengan aktivitas nuklir.
Baca juga: Analis: Gencatan Senjata Iran-Israel Rapuh, Perang Bayangan Bisa Kembali
Sejak 24 Juni, gencatan senjata antara Iran dan Israel telah diberlakukan. Namun, negosiasi antara Teheran dan Washington hingga kini masih mandek.
Arab Saudi sebelumnya mengecam serangan Israel terhadap Iran dan menyebutnya sebagai "agresi" serta "pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional".
Riyadh juga menyuarakan keprihatinannya terhadap serangan balasan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran.
Dalam kunjungannya ke Riyadh, Araghchi tidak hanya bertemu Pangeran Mohammed bin Salman, tetapi juga melakukan diskusi dengan Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan dan Menteri Pertahanan Pangeran Khaled bin Salman.
Pembicaraan tersebut membahas hubungan bilateral dan perkembangan situasi di kawasan Timur Tengah.
Arab Saudi dan Iran telah lama berada di kubu yang berseberangan dalam sejumlah konflik regional, termasuk di Suriah dan Yaman, mengingat perbedaan mazhab mayoritas di masing-masing negara, Sunni di Arab Saudi dan Syiah di Iran.
Hubungan diplomatik kedua negara sempat terputus sejak 2016, sebelum akhirnya dipulihkan pada 2023 lewat kesepakatan yang dimediasi oleh China.
Baca juga: Iran Diduga Pindahkan Uranium Sebelum Serangan, IAEA: Situasinya Buram
Pemulihan hubungan ini menjadi salah satu pencapaian diplomatik signifikan bagi Pangeran Mohammed, yang dalam beberapa tahun terakhir mengadopsi pendekatan lebih moderat terhadap isu-isu regional.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini