Pakistan sendiri mengembangkan senjata nuklir untuk menandingi India. Kedua negara bertetangga itu telah berulang kali bentrok, termasuk saling serang setelah serangan pembunuhan terhadap turis di Kashmir India pada April lalu.
Menurut Bulletin of Atomic Scientists, India diperkirakan memiliki 172 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan punya 170.
Pada Kamis (18/9/2025), Kementerian Luar Negeri India menyebutkan, pihaknya terus memantau pertalian baru Arab Saudi-Pakistan.
New Delhi menyatakan akan mempelajari implikasi perkembangan ini bagi keamanan nasional serta stabilitas regional dan global. Saudi sendiri juga memiliki hubungan dekat dengan India.
Baca juga: Arab Saudi Giat Lobi Eropa Akui Kedaulatan Palestina, Ada Udang di Balik Batu?
Dalam bukunya Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, pensiunan Brigadir Jenderal Feroz Hassan Khan menulis betapa Saudi sejak awal telah memberikan dukungan finansial besar untuk program nuklir Pakistan.
Sebuah kabel diplomatik AS tahun 2007 yang dipublikasikan WikiLeaks menyebut diplomat Pakistan di Riyadh sempat mengusulkan kemungkinan keterlibatan kerajaan Saudi dalam program pengembangan senjata nuklir.
"Menurut para pejabat ini, mereka memahami bahwa Arab Saudi ingin melindungi diri maupun kawasan. Karena beberapa negara lain, khususnya Mesir, tak mampu mengembangkan sistem senjata nuklir akibat kendala finansial, maka logis jika Saudi mengambil peran sebagai pelindung fisik, sama seperti perannya kian besar sebagai mediator perdamaian di berbagai konflik kawasan," demikian isi kabel diplomatik tersebut.
Baik Pakistan maupun Saudi tidak menjawab pertanyaan Associated Press yang diajukan Kamis, soal apakah pakta ini mencakup arsenal nuklir Islamabad.
Baca juga: Menteri Israel Ibadah di Kompleks Al Aqsa, Arab Saudi dan Yordania Murka
Arab Saudi sebelumnya sempat meminta bantuan AS untuk mengembangkan program nuklir sipil, sebagian melalui rencana normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum serangan Hamas 2023.
Program itu bisa membuka peluang Saudi memperkaya uranium di dalam negeri, hal yang membuat gusar pakar nonproliferasi, karena pengayaan uranium juga bisa mengarah ke pengembangan senjata nuklir.
Putra Mahkota MBS pernah berkata, kerajaan akan berusaha mengembangkan senjata nuklir jika Iran dibiarkan memiliki bom atom.
Saat ini Saudi diyakini sudah memiliki program rudal balistik domestik, yang berpotensi menjadi sistem pengantar hulu ledak nuklir.
Baca juga: Arab Saudi Ogah Normalisasi Hubungan Israel Kecuali Negara Palestina Terbentuk
Meski begitu, Saudi masih menjadi anggota Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan belum diketahui mengambil langkah untuk mengembangkan bom sendiri.
Sebelum pakta pertahanan diteken, Iran sempat mengirim Ali Larijani untuk berkunjung ke Riyadh. Dia adalah tokoh senior sekaligus sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Boleh jadi langkah itu membuka kesempatan bagi kerajaan untuk menjelaskan kepada Teheran, yang sejak 2023 menjalin komunikasi melalui mediasi China.
Artikel ini pernah tayang di DW Indonesia dengan judul: Saudi Teken Pakta Pertahanan dengan Adidaya Nuklir Pakistan.
Baca juga: Arab Saudi-Iran Bahas Stabilitas Kawasan Pasca Gencatan Senjata dengan Israel
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini