Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Siap Luncurkan Drone Serang Bawah Laut “Ghost Shark”

Kompas.com - 10/09/2025, 18:17 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber AFP

SYDNEY, KOMPAS.com - Australia mengumumkan rencana pengerahan armada drone serang bawah laut canggih bernama “Ghost Shark” untuk memperkuat kemampuan militernya di tengah situasi keamanan regional yang dinilai kian mengkhawatirkan.

Dalam konferensi pers di Sydney pada Rabu (10/9/2025), Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan, Angkatan Laut Australia akan dilengkapi puluhan drone berteknologi tinggi buatan dalam negeri.

Katanya, drone pertama dijadwalkan mulai beroperasi pada Januari 2026.

Baca juga: Kapal Perang Kanada dan Australia Lintasi Selat Taiwan, China Monitor Penuh

Untuk merealisasikan rencana ini, pemerintah menandatangani kontrak senilai 1,7 miliar dollar Australia (sekitar Rp 18 triliun) dengan perusahaan Anduril Australia untuk membangun, memelihara, sekaligus mengembangkan kendaraan bawah laut tanpa awak berukuran ekstra besar itu.

Proyek ini juga disebut akan membuka 150 lapangan kerja baru.

“Ini adalah kemampuan teknologi tertinggi di dunia,” ujar Marles.

“Ghost Shark memiliki jangkauan yang sangat jauh, kemampuan siluman, serta bisa digunakan untuk intelijen, pengawasan, pengintaian, hingga serangan,” imbuhnya.

Respons atas situasi regional yang mengancam

Drone bawah laut ini bisa diluncurkan dari daratan maupun kapal perang, dan akan melengkapi modernisasi armada kapal selam serta kapal permukaan Australia.

Meski tak menyebut jumlah pasti drone yang akan diproduksi, Marles menegaskan langkah ini krusial untuk menghadapi dinamika geopolitik.

“Australia menghadapi lanskap strategis yang paling kompleks, dalam beberapa hal paling mengancam, sejak akhir Perang Dunia II,” kata Marles.

“Semua yang kami lakukan dengan membangun kekuatan pertahanan yang jauh lebih mumpuni adalah untuk mencegah konflik dan memastikan perdamaian serta stabilitas di kawasan tempat kita tinggal,” lanjutnya.

Selaras dengan program AUKUS

Penguatan militer ini sejalan dengan kesepakatan AUKUS tahun 2021 bersama Amerika Serikat dan Inggris, yang memungkinkan Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dalam beberapa dekade mendatang.

Baca juga: Kronologi Perseteruan Iran Vs Australia

Namun, kesepakatan tersebut sempat menuai kritik di AS. Beberapa pihak mempertanyakan keputusan Washington menjual kapal selam nuklir ke Australia, sementara stok untuk Angkatan Laut AS sendiri terbatas.

Presiden Donald Trump bahkan menempatkan AUKUS dalam peninjauan ulang agar sejalan dengan agenda “America First”.

Meski begitu, Marles optimistis. Ia menekankan bahwa Ghost Shark dan kapal selam nuklir di masa depan akan memberikan kemampuan militer yang “sangat krusial” bagi Australia.

Modernisasi armada laut

Selain Ghost Shark, Australia juga telah mengumumkan pembaruan armada dengan membeli 11 fregat kelas Mogami buatan Mitsubishi Heavy Industries, Jepang.

Kontrak senilai 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 98 triliun) ini menjadikan kesepakatan tersebut sebagai salah satu ekspor pertahanan terbesar Jepang sejak Perang Dunia II.

Kapal-kapal perang siluman ini dijadwalkan mulai memperkuat Angkatan Laut Australia pada 2030, menggantikan fregat tua kelas Anzac.

Baca juga: Demonstran Anti-Imigran di Australia Serang Kamp Aborigin, Teriak Ini Tanah Kulit Putih

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau