Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Terjang Pakistan, 14 Tewas dan Lebih dari 100 Orang Terluka

Kompas.com - 25/05/2025, 19:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

ISLAMABAD, KOMPAS.com – Sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 100 lainnya mengalami luka-luka setelah badai angin hebat menerjang wilayah tengah dan utara Pakistan pada Sabtu (24/5/2025) sore hingga malam.

Badai disertai angin kencang, petir, dan hujan lebat melanda Provinsi Punjab di timur, Khyber-Pakhtunkhwa di barat laut, serta ibu kota Islamabad.

Cuaca ekstrem ini memicu kerusakan parah, termasuk pohon tumbang dan tiang listrik roboh.

Baca juga: India Tembak Mati Pria Pakistan yang Lintasi Perbatasan

Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa runtuhan atap dan dinding bangunan. Dua orang lainnya dilaporkan tewas akibat tertimpa panel surya yang terlepas karena embusan angin kencang.

Sementara itu, satu orang meninggal dan tiga lainnya luka-luka karena sambaran petir.

Dampak gelombang panas

Juru bicara otoritas penanggulangan bencana Provinsi Punjab, Mazhar Hussain, mengatakan badai dipicu oleh gelombang panas ekstrem yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir. Suhu udara tercatat melebihi 45 derajat Celsius.

“Ada tiga hingga empat hari selama gelombang panas terbaru ini di mana suhu meningkat sangat tinggi,” ujar Hussain kepada AFP.

Ia menambahkan bahwa badai menyebabkan 14 kematian di Punjab dan melukai sekitar 100 orang.

“Badai angin ini sangat merusak. Kecepatan angin sangat tinggi, dan begitu banyak debu sehingga jarak pandang sangat terbatas,” kata Hussain.

Baca juga: Pelajaran yang Dapat Indonesia Ambil dari Pertempuran Udara India-Pakistan

Gangguan penerbangan dan kerusakan infrastruktur

Cuaca buruk ini juga berdampak pada transportasi udara. Sebuah rekaman video dari dalam pesawat yang akan mendarat di Lahore memperlihatkan penumpang berteriak ketakutan akibat turbulensi hebat. Pesawat tersebut akhirnya dialihkan ke Karachi.

Rekaman lainnya yang beredar di media sosial menunjukkan mobil-mobil yang hancur akibat tertimpa pohon tumbang dan jalanan yang tertutup puing-puing.

Departemen Meteorologi Pakistan memperkirakan badai serupa masih berpotensi terjadi pada Minggu (25/5/2025). Kondisi ini memperkuat kekhawatiran akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Pakistan termasuk salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Selama April dan Mei, Islamabad beberapa kali dilanda badai hujan es yang merusak kendaraan, memecahkan kaca jendela, dan menghancurkan panel surya.

Meningkatnya suhu ekstrem yang terjadi pada April dan Mei belakangan ini kian menggeser pola musim panas yang biasanya baru dimulai pada awal Juni.

Di sejumlah wilayah Punjab, suhu bahkan sempat menyentuh 46,5 derajat Celsius, mendekati rekor tertinggi.

Baca juga: Kepentingan AS dalam Konflik India Vs Pakistan

Karena cuaca panas yang ekstrem, sejumlah sekolah di Punjab dan Balochistan memutuskan mempercepat libur musim panas sebagai langkah antisipatif.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau