Sebagai respons atas rangkaian situasi itu, demonstrasi besar anti-korupsi telah direncanakan digelar pada Minggu, 21 September.
21 September adalah hari peringatan ketika Ferdinand Marcos, pemimpin Filipina saat itu, memberlakukan darurat militer pada 1972.
Putranya, yang kini menjabat sebagai presiden, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, sangat menyadari seberapa jauh kemarahan publik dapat meluas.
Protes anti-korupsi yang menggulingkan ayahnya dari kekuasaan pada 1986, mengakhiri kediktatoran puluhan tahun yang telah menguras kas negara itu.
Baca juga: Proyek Pengendalian Banjir Jadi Bancakan Korupsi, Rakyat Filipina Murka dan Berdemo
Baru-baru ini, protes serupa telah mengguncang Indonesia hingga melahirkan reformasi legislatif dan pekan lalu telah berhasil menggulingkan pemerintahan di Nepal.
Pada Senin (15/9/2025), saat masyarakat Filipina menuntut penjelasan, Marcos Jr mengumumkan penyelidikan yang akan mengungkap para penipu dan mencari tahu berapa banyak yang telah mereka curi.
"Kalau saya bukan presiden, mungkin saya sudah turun ke jalan bersama mereka," kata Marcos Jr.
"Biarkan mereka (para koruptor) tahu betapa mereka melukai kalian (rakyat Filipina), bagaimana mereka mencuri dari kalian. Biarkan mereka tahu, berteriaklah kepada mereka, berunjuk rasalah, asal damai," lanjutnya.
Ia pun kembali menegaskan janji untuk memberi bantuan bagi para korban banjir, sembari menyalahkan politisi korup dan perusahaan konstruksi atas minimnya infrastruktur.
"Kalian sungguh memalukan," katanya.
Baca juga: Filipina Siap Ikut Perang jika China Serang Taiwan
Dalam jumpa pers, Marcos Jr juga mengungkap fakta mengkhawatirkan: kementerian pekerjaan umum rupanya hanya menunjuk 15 perusahaan untuk membangun proyek penanganan banjir senilai 545 miliar peso (sekitar Rp 154 triliun).
Semua perusahaan itu kini diselidiki dan aset mereka dibekukan bank sentral, tapi perhatian besar tertuju pada satu perusahaan milik pasangan Pacifico dan Sarah Discaya.
Mereka dulu berasal dari keluarga miskin, tapi kini jadi pengusaha kaya raya yang aktif di media sosial.
Discaya populer setelah kegagalannya dalam pencalonan Wali Kota Pasig, kota di sisi timur metropolitan Manila.
Tahun lalu, pasangan ini diwawancarai salah satu YouTuber terkenal, ketika mereka membagikan kisah dari nol jadi sukses.
Salah seorang pewawancara menyebut perjalanan mereka menginspirasi.
Baca juga: Momen Tabrakan 2 Kapal China Saat Kejar Kapal Filipina, Salah Satu Hancur
Namun, setelah resistensi ini, video wawancara itu justru menjadi sasaran kemarahan massa.
Video itu menunjukkan pasangan itu memamerkan koleksi sekitar 30 mobil mewah mereka, termasuk Mercedes Benz Maybach, sebuah Lincoln Navigator, dan Porsche Cayenne.
Pasangan ini bahkan membeli beberapa model dalam dua warna berbeda, hitam dan putih.
Reaksi keras datang dengan cepat. Keluarga Discaya dipanggil oleh Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk diselidiki, dan pihak berwenang memasukkan perusahaan mereka ke dalam daftar hitam.
Sementara para pengunjuk rasa melumuri gerbang kantor mereka dengan lumpur dan menyemprotkan kata pencuri.
Dalam rapat dengar pendapat di parlemen, Discaya mengaku bahwa ia telah memberi sogokan kepada anggota parlemen.
Baca juga: Kapal China Hancur Usai Ditabrak Kapal Perang Sendiri, Tak Gubris Bantuan Filipina
"Kami tak bisa apa-apa selain ikut permainan mereka," katanya.
Discaya bersama kontraktor lain juga mengarahkan telunjuk ke arah belasan anggota parlemen, beberapa di antaranya dekat dengan Marcos Jr.