Tudingan itu dibantah para legislator.
Internet Filipina juga menargetkan anak-anak politisi dan kontraktor yang diduga menyalahgunakan dana, menjuluki mereka dengan tagar "nepo babies" (anak-anak nepotisme).
Banyak dari mereka adalah perempuan muda yang gaya hidup jet-setnya dengan pakaian desainer di media sosial telah memicu komentar sarkastik tentang bagaimana mereka harus berterima kasih kepada para pembayar pajak karena telah mendanai belanja dan perjalanan mereka.
Seorang putri mantan anggota kongres menjadi sorotan karena satu pakaiannya saja, yang memadukan Fendi dengan Dior, sambil menenteng tas Hermes Birkin yang mahal.
Baca juga: Jika China-Taiwan Perang, Presiden Filipina Nyatakan Siap Terlibat
Beberapa dari orang-orang ini kemudian memilih untuk menutup kolom komentar di akun mereka, atau bahkan menonaktifkan akun mereka sepenuhnya.
Kemarahan publik ini juga menyatukan orang-orang di balik sejumlah akun media sosial paling populer.
"Kami tidak akan berhenti. Kami akan bersuara lantang. Kami akan jadi cermin bagi penguasa, dan kami tidak akan berpaling sampai keadilan ditegakkan," kata kolektif bernama Creators Against Corruption.
Amarah pun menjalar di luar dunia maya. Para pegawai departemen pekerjaan umum, yang para insinyurnya dituduh membantu praktik korupsi, diizinkan untuk tidak lagi mengenakan seragam mereka menyusul laporan bahwa mereka diejek dan diganggu di tempat umum.
Namun, di tengah hujan deras dan banjir yang tak selesai, sebagian warga lain memilih terus memperjuangkan hidup mereka.
Rhens Rafael Galang, peneliti di pemerintahan, bahkan melihat peluang bisnis dari hal itu. Dia menjual baju terusan yang dijahit dengan sepatu bot di dalamnya melalui TikTok.
Baca juga: Menegangkan, Detik-detik 2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina
"Saya marah dan kecewa karena dana banjir di provinsi ternyata terbuang untuk kepentingan pribadi orang-orang," katanya.
Pria berusia 28 tahun yang tinggal di Calumpit itu, salah satu provinsi terdampak banjir paling parah, selalu berangkat dari rumah dengan celana pendek akibat air yang tak kunjung surut.
Setelah berjalan kaki menembus jalanan yang banjir, dia kemudian berganti ke pakaian kering di daratan. Video tentang rutinitasnya menembus banjir itu belakangan viral di media sosial.
Salah satu videonya, yang menampilkan Galang berjalan makin dalam di jalanan tergenang, sudah ditonton tiga juta kali.
Dia pasrah dengan rutinitas tersebut sampai daerahnya memiliki saluran air dan tanggul badai yang memadai.
"Tapi saya berharap, pada waktunya, proyek pengendalian banjir jangka panjang akan dibangun di daerah kami, dananya akan digunakan dengan jujur," katanya.
Baca juga: 2 Kapal China Tabrakan Saat Kejar Kapal Filipina, Muncul Suara Keras
Masyarakat Filipina sejatinya tidak asing dengan tuduhan korupsi. Mereka sudah dua kali menjatuhkan presiden mereka karena hal itu.
Lebih dari satu dekade lalu, pada 2013, para legislator juga sempat dituduh mengantongi miliaran peso dari anggaran diskresi untuk proyek fiktif.
Anggota kongres, Leila de Lima, yang saat itu menjabat menteri kehakiman, sempat menyelidiki tuduhan itu.
Sekarang, saat ia menghadapi skandal korupsi besar lainnya, dia khawatir skalanya telah membesar, dari puluhan miliar menjadi ratusan miliar, katanya kepada podcast Facts First baru-baru ini.
"Saya tidak tahu harus merasa apa lagi. Ini benar-benar kacau," pungkasnya.
Artikel ini pernah tayang di BBC News Indonesia dengan judul: Banjir Filipina bongkar kongkalikong pejabat dan kontraktor – 'Gaji dipotong pajak ternyata dinikmati politikus korup'
Baca juga: Beijing Marah, India-Filipina Latihan Militer di Laut China Selatan
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini