Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Mengapa Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi BPS Dianggap Janggal

Kompas.com - 16/08/2025, 11:11 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II-2025.

BPS menyebutkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II didorong oleh beberapa komponen utama dari sisi pengeluaran.

Konsumsi rumah tangga masih menjadi tulang punggung perekonomian dengan menyumbang 54,25 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,97 persen (yoy), didorong oleh peningkatan belanja kebutuhan primer dan mobilitas masyarakat selama periode libur panjang.

Kemudian, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pendorong kunci kedua. PMTB tumbuh signifikan 6,99 persen (yoy) dan menyumbang 27,83 persen dari PDB.

Skeptisisme terhadap data BPS

Publikasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025 yang melampaui ekspektasi banyak ekonom dan lembaga internasional memunculkan skeptisisme terhadap akurasi data BPS.

Ekonom dari Center for Economic and Legal Studies (Celios), Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, dan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), termasuk yang paling vokal mempertanyakan akurasi data BPS.

Direktur Ekonomi Celios, Nailul Huda menilai bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan II (5,12 persen) yang lebih tinggi dari triwulan I (4,87 persen) sebagai kejanggalan.

Alasannya, ada momen Ramadhan dan Lebaran yang menyebabkan tingkat belanja masyarakat Indonesia lebih besar dari hari biasa.

"Hal ini dikarenakan tidak seperti tahun sebelumnya di mana pertumbuhan triwulanan paling tinggi merupakan triwulan dengan ada momen Ramadhan-Lebaran. Triwulan I-2025 saja hanya tumbuh 4,87 persen, jadi cukup janggal ketika pertumbuhan triwulan II mencapai 5,12 persen," kata Huda, dikutip dari Bisnis.com, 6 Agustus 2025.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal menyoroti kenaikan PMTB yang jauh di luar prediksi. PMTB yang mencapai 6,99 persen dinilai sebagai lompatan yang luar biasa besar.

"Sejak pandemi Covid-19, belum pernah investasi tumbuh setinggi ini. Kalau tumbuh hampir 7 persen, memang tinggi sekali, lah, di luar dugaan," kata Faisal, dikutip dari Media Indonesia, 6 Agustus 2025.

Namun, kata Faisal, hal tersebut bertentangan dengan kekhawatiran investor yang sedang terjadi mengenai ketidakpastian kebijakan dan efektivitas pemerintah.

"Ada banyak keraguan dari para investor terkait dengan kebijakan-kebijakan dan efektivitas daripada kebijakan pemerintah. Itu yang menjadi alasan kenapa kami memprediksi pertumbuhan investasi tidak begitu tinggi," ujarnya.

Senada, ekonom senior Indef, Tauhid Ahmad mempertanyakan perhitungan PMTB yang melonjak hingga nyaris 7 persen.

Halaman:


Terkini Lainnya
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Rocky Gerung Ditunjuk Prabowo Masuk Kabinet Merah Putih
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Rocky Gerung Ditunjuk Prabowo Masuk Kabinet Merah Putih
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vladimir Putin Membela Indonesia dalam Sengketa Ambalat
[HOAKS] Vladimir Putin Membela Indonesia dalam Sengketa Ambalat
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video ini Bukan Momen Pulangnya Ahmad Sahroni Setelah Rumahnya Dijarah
[KLARIFIKASI] Video ini Bukan Momen Pulangnya Ahmad Sahroni Setelah Rumahnya Dijarah
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Tautan untuk Dapatkan Bibit Pohon Gratis dari Kemenhut
[HOAKS] Tautan untuk Dapatkan Bibit Pohon Gratis dari Kemenhut
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Rumah Kapolda Bali Digeruduk Massa
[HOAKS] Video Rumah Kapolda Bali Digeruduk Massa
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Warga Menyerang Tambang di Myanmar, Bukan Papua
[KLARIFIKASI] Video Warga Menyerang Tambang di Myanmar, Bukan Papua
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Diklaim Pesan Terakhir Charlie Kirk adalah Hasil Manipulasi Digital
[KLARIFIKASI] Video Diklaim Pesan Terakhir Charlie Kirk adalah Hasil Manipulasi Digital
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Jokowi Telah Meninggal Dunia pada Akhir Juni 2024
[HOAKS] Jokowi Telah Meninggal Dunia pada Akhir Juni 2024
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan atas Hoaks Token Listrik Gratis Rp 250.000 Periode September 2025
INFOGRAFIK: Bantahan atas Hoaks Token Listrik Gratis Rp 250.000 Periode September 2025
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Prabowo Bertemu Susi Pudjiastuti Terjadi 2023, Bukan September 2025
[KLARIFIKASI] Video Prabowo Bertemu Susi Pudjiastuti Terjadi 2023, Bukan September 2025
Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Purnawirawan Militer AS Protes Genosida di Gaza Dibagikan dengan Konteks Keliru
[KLARIFIKASI] Video Purnawirawan Militer AS Protes Genosida di Gaza Dibagikan dengan Konteks Keliru
Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar Dokter Tirta Dapat Tawaran Jadi Menpora
INFOGRAFIK: Tidak Benar Dokter Tirta Dapat Tawaran Jadi Menpora
Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Anies Jadi Menko Polkam | Gibran Minta Sedekah untuk IKN
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Anies Jadi Menko Polkam | Gibran Minta Sedekah untuk IKN
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Terima Tawaran Migrasi 10 Juta WNI ke Jepang
[HOAKS] Prabowo Terima Tawaran Migrasi 10 Juta WNI ke Jepang
Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ferry Irwandi Tuduh TNI Dalang Kerusuhan
[HOAKS] Ferry Irwandi Tuduh TNI Dalang Kerusuhan
Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau