Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sifan, Hampir Jadi Juru Parkir jika Gagal Masuk Sekolah Rakyat

Kompas.com - 21/09/2025, 07:55 WIB
Sania Mashabi,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sifan Alyori (16) bercerita pengalamannya berusaha masuk ke Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, Jawa Barat gagasan Presiden Prabowo Subianto.

Sifan bercerita, ia hampir saja tidak lulus dalam seleksi masuk Sekolah Rakyat. Padahal ia berasal dari keluarga tidak mampu sehingga sulit untuk bisa masuk sekolah biasa.

"Katanya saya hampir tidak lolos, tapi Alhamdulillah akhirnya bisa dan saya bahagia banget. Bisa lanjutkan cita-cita saya untuk sekolah lagi dan suatu hari masuk perguruan tinggi," kata Sifan dikutip dari laman resmi Kementerian Sosial, Sabtu (20/9/2025).

Sifan mengatakan, jika kala itu ia tidak lolos ia terpaksa harus bekerja apapun untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengumpulkan uang untuk sekolah.

Baca juga: Kisah Bayu, dari Guru Honorer Gaji Rp 250.000 Per Bulan, Kini Mengajar Sekolah Rakyat

Jika tak lolos Sekolah Rakyat, pilih berhenti setahun dan bekerja

Ia mengaku akan bekerja apa saja selama halal seperti bantu-bantu markir, jadi tukang cuci piring, jualan es dan lain sebagainya.

"Kalau tidak masuk Sekolah Rakyat, mungkin saya berhenti setahun, kerja dulu untuk kebutuhan sehari-hari dan kumpulin uang buat sekolah," ujarnya.

"Saya pernah bantu-bantu markir, jadi tukang cuci piring, jualan es, pokoknya apa saja yang bisa dilakukan," lanjut dia.

Sifan mengaku kaget awalnya ketika mendengar ada sekolah yang gratis sepenuhnya dengan fasilitas bagus seperti di Sekolah Rakyat.

Ibu sedang sakit kanker

Bahkan ibunya yang tengah sakit kanker perut ganas juga ragu melepas anaknya namun setelah diyakinkan ibunya rela melepas Sifan sekolah di Sekolah Rakyat.

"Saya kaget saat pertama kali pas dibilang sekolah ini tidak berbayar. Karena sebelumnya ada sekolah lain yang biaya masuknya besar, sementara saya dan ibu kurang mampu. Jadi hadirnya Sekolah Rakyat itu seperti jawaban doa," ungkapnya.

Sejak kecil, Sifan tumbuh bersama sang ibu di kawasan Jakasampurna, Bekasi Barat. Ayahnya meninggal ketika ia baru berusia empat bulan.

Ibunya pun menjadi satu-satunya penopang keluarga meskipun sedang berjuang melawan kanker perut ganas.

“Kadang Ibu mencari pekerjaan dari rumah orang. Kalau ada yang butuh bantuan bersih-bersih, Ibu kerjakan. Jadi serabutan, apa saja yang ada,” kata Sifan.

Sifan Alyori (16) bercerita pengalamannya berupaya masuk ke Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, Jawa Barat gagasan Presiden Prabowo SubiantoDokumen Kementerian Sosial Sifan Alyori (16) bercerita pengalamannya berupaya masuk ke Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, Jawa Barat gagasan Presiden Prabowo Subianto

Ingin jadi dokter orthopedi

Di tengah keterbatasan itu, Sifan turut membantu sebisanya di rumah. Tak lupa ia menyempatkan waktu untuk belajar dan membaca buku-buku pinjaman dari sekolah.

Semangatnya untuk melanjutkan pendidikan membawanya mengenal Sekolah Rakyat, dan meraih mimpi menjadi dokter orthopedi.

Sifan sudah menimbang-nimbang jalur pendidikan tinggi yang ingin ditempuh, antara lain di dalam negeri maupun luar negeri.

Baca juga: Cerita Siswa Sekolah Rakyat di Kupang, Bisa Bertemu Orangtua Usai 2 Bulan Berpisah

"Kalau di luar negeri saya ingin ke Universitas Yonsei, Korea kalau di Indonesia mungkin UI atau UGM," pungkas Sifan.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau