Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Batasi Ekspor Tanah Jarang sebagai Tanggapan Tarif Trump

Kompas.com - 08/04/2025, 08:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China memberlakukan pembatasan ekspor pada unsur tanah jarang, sebagai langkah balasan terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Langkah ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, sekaligus menambah tantangan bagi produsen di AS yang bergantung pada pasokan mineral penting untuk berbagai industri, termasuk senjata dan elektronik.

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Sabtu (5/4/2025), logam tanah jarang terdiri dari 17 unsur yang digunakan dalam teknologi tinggi, kendaraan listrik, dan sektor pertahanan, merupakan komoditas vital.

Baca juga: Trump Ancam Tarif Baru 50 Persen untuk China, Pasar Saham Dunia Berguncang

China mengontrol sekitar 90 persen produksi logam tanah jarang dunia, dan sebagian besar pasokan Amerika Serikat bergantung pada negara ini.

Keputusan Beijing untuk membatasi ekspor tanah jarang tidak hanya mencakup bahan tambang, tetapi juga produk jadi, termasuk magnet permanen, yang sulit digantikan.

Pengumuman tersebut disampaikan pada Jumat malam sebagai bagian dari rangkaian tarif dan pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan AS.

Langkah ini merupakan reaksi terhadap keputusan Trump yang menaikkan tarif terhadap sebagian besar produk impor dari China menjadi 54 persen.

Kebijakan ini memicu kekhawatiran di kalangan produsen di AS yang khawatir akan kesulitan memperoleh pasokan tanah jarang.

Dikutip dari The Economic Times, Asosiasi Industri Logam Nonferrous China, pada Minggu (6/4/2025), menyatakan pembatasan ekspor tanah jarang tidak akan mempengaruhi stabilitas rantai pasokan global.

Baca juga: Trump Sebut Tarif Impor adalah Obat untuk Perekonomian AS

Dalam pernyataannya, asosiasi tersebut menegaskan, kebijakan ini tidak akan berdampak pada operasi perusahaan internasional yang tidak terlibat dalam aktivitas yang mengancam kedaulatan nasional atau kepentingan pembangunan China.

"Tindakan ini tidak akan mempengaruhi stabilitas dan keamanan rantai industri serta pasokan internasional," ujar mereka.

Langkah ini, meskipun diperkenalkan sebagai bagian dari pembalasan terhadap tarif AS, juga memperlihatkan ketergantungan dunia pada China sebagai penguasa pasar tanah jarang global.

Diketahui, tanah jarang digunakan dalam pembuatan berbagai teknologi canggih yang menjadi tulang punggung industri modern.

Di sisi lain, Presiden Trump menanggapi langkah ini dengan optimisme. Dalam unggahannya di platform media sosial Truth Social pada Sabtu (5/4/2025), ia menyebutkan ekonomi AS tengah mengalami "kebangkitan besar-besaran".

Meskipun demikian, Trump juga mengakui bahwa tantangan yang dihadapi negara tersebut tidaklah mudah.

Baca juga: PM Israel Temui Trump di AS, Bahas Tarif Impor dan Perang Gaza

Ia memuji investasi besar yang masuk ke AS, yang tercatat lebih dari 5 triliun dollar AS (Rp 84,33 kuadriliun), meskipun tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Trump juga mengkritik langkah China yang mengenakan tarif 34 persen terhadap barang-barang Amerika sebagai respons terhadap kebijakan tarif Trump, yang menaikkan bea masuk produk China hingga lebih dari 54 persen.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau