DILI, KOMPAS.com – Timor Leste membatalkan rencana pembelian mobil mewah bagi anggota parlemen pada Selasa (16/9/2025), menyusul gelombang protes besar-besaran di ibu kota Dili.
Namun, keputusan mendadak itu belum mampu meredakan kemarahan publik, di mana ribuan demonstran kembali turun ke jalan pada Rabu (17/9/2025).
Demonstrasi ini berawal dari anggaran senilai 4,2 juta dollar AS (sekitar Rp 68 miliar) yang disetujui tahun lalu untuk membeli mobil Toyota Prado bagi 65 anggota parlemen.
Baca juga: Demo Timor Leste Hari Kedua Masih Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata
Tender pengadaan mobil itu rencananya selesai pada September ini.
Protes yang dipimpin mahasiswa berhasil mengumpulkan ribuan massa sejak awal pekan.
Aksi diwarnai bentrokan dengan aparat, di mana pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu, sementara polisi membalas dengan gas air mata.
Sementara itu, Presiden Jose Ramos-Horta menegaskan tidak ada toleransi terhadap aksi kekerasan selama demonstrasi berlangsung.
“Tidak akan ada toleransi untuk kekerasan,” ujarnya kepada wartawan.
Meski parlemen mengumumkan pembatalan rencana pembelian, sekitar 2.000 demonstran tetap berkumpul di sekitar gedung parlemen Dili keesokan harinya.
“Rumor yang beredar, mobil-mobil itu sudah dalam perjalanan,” kata seorang pengunjuk rasa, Trinito Gaio (42), kepada AFP.
“Karena itulah semua mahasiswa dan saya berada di sini hari ini—untuk memastikan pajak saya tidak dipakai ke arah yang salah,” imbuhnya.
Baca juga: Demo Tunjangan Mobil DPR di Timor Leste Ricuh, Bentrok hingga Lukai 4 Orang
Dalam resolusi yang disahkan, parlemen menyatakan akan “membatalkan proses pengadaan kendaraan baru yang tercantum dalam anggaran 2025”.
Parlemen juga memerintahkan sekretariat jenderalnya mengambil langkah administratif dan finansial untuk memastikan pemeliharaan serta penggunaan kendaraan lama secara efisien.
Kemarahan warga dipicu ketimpangan sosial yang masih tinggi di negara berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa itu.
Menurut Bank Dunia, lebih dari 40 persen rakyat Timor Leste masih hidup dalam kemiskinan. Situasi ekonomi juga rapuh, dengan ketergantungan besar pada cadangan minyak dan gas.
Persoalan pengangguran serta gizi buruk juga masih menjadi tantangan serius sejak negara itu merdeka dari Indonesia pada 2002 setelah lebih dari dua dekade pendudukan.
Protes terbaru di Dili ini mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap gaya hidup elite politik.
Baca juga: Bali Dapat Bantuan dari Timor Leste Rp 41 M untuk Tangani Banjir
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini