Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Bendera One Piece Jelang 17 Agustus, Sosiolog: Identitas Populer, Bukan Ancaman Negara

Kompas.com - 02/08/2025, 07:29 WIB
Sari Hardiyanto

Editor

KOMPAS.com – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, muncul fenomena unik salah satunya yakni pengibaran bendera bergambar tengkorak bertopi ala One Piece, tokoh dari serial manga dan anime populer asal Jepang.

Fenomena ini tidak hanya ramai di media sosial, tetapi juga terlihat di berbagai lokasi fisik, dari kendaraan umum hingga rumah warga.

Sebagian kalangan mengaitkan pengibaran bendera One Piece tersebut dengan bentuk simbolik perlawanan, sementara sebagian lain menganggapnya sebagai ekspresi budaya pop biasa.

Baca juga: 10 Manga Tersukses Sepanjang Masa, dari One Piece hingga Slam Dunk

Lantas, apa makna di balik pengibaran bendera tersebut?

Analisis sosiolog soal pengibaran bendera One Piece 

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, memandang fenomena ini sebagai bentuk reproduksi budaya populer yang berkembang di masyarakat dan tidak perlu disikapi secara berlebihan.

"Kalau saya sendiri melihat bahwa ketika yang diambil itu bukan bendera yang mewakili bajak laut yang wajahnya garang, tengkorak yang garang dan bendera hitam itu, itu lebih ke arah animasi, lebih ke arah petualangan dan kepahlawanan yang tidak formal, kepahlawanan yang lebih santai," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (1/8/2025) malam.

Menurutnya, simbol One Piece yang digunakan saat ini lebih merepresentasikan upaya pencarian identitas dan nilai-nilai perjuangan dari rakyat, bukan simbol kekerasan.

"Yang bendera bertopi itu lebih pengembangan ke arah identitas budaya yang dibangun untuk menunjukkan adanya upaya-upaya simbol kepahlawanan, simbol kekuatan itu basisnya dari rakyat, dari orang-orang yang kreatif, inovatif dan mau berpetualang menjelajah hidup daripada kemapanan negara," jelasnya.

Baca juga: 20 Kutipan dari Manga One Piece, Inspiratif dan Cocok Dijadikan Status

Simbol populer, bukan simbol perlawanan

Ilustrasi bendera One Piece. Foto Pop Culture Geek 2012 yang diambil oleh Doug KlineWikimedia Commons Ilustrasi bendera One Piece. Foto Pop Culture Geek 2012 yang diambil oleh Doug Kline

Drajat menyebutkan, fenomena ini dapat dimaknai sebagai bentuk ekspresi kesenangan massal yang lazim terjadi dalam masyarakat modern.

Ia menyebut hal ini sebagai bagian dari demonstration effect dalam sosiologi, di mana masyarakat mengikuti tren karena dorongan untuk tidak tertinggal (FOMO).

"Pertama adalah bahwa ini satu kesenangan, yang dibagi merata, dan orang-orang merasa dan karena ini dikenal banyak di mana-mana, orang ikut-ikutan semacam FOMO," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa kemunculan simbol-simbol populer seperti bendera One Piece tidak serta-merta menunjukkan adanya konfrontasi antara identitas nasional dan budaya populer.

"Signifikasinya dihubungkan dengan bendera 17 Agustus, itu kalau menurut saya tidak terlalu sebuah konfrontasi dua identitas, identitas nasional dan identitas populer, tetapi ini jalannya sendiri-sendiri. Identitas nasional tetap dihormati, sementara identitas populer tetap muncul dan berganti nanti," kata dia.

"Merah Putih, upacara itu kan tetap bertahan sampai kapan pun karena dipertahankan baik oleh rakyat dan negara, tapi identitas populer itu silih berganti akan naik dan turun. Dia akan hilang kalau signifikasinya diganti dengan cerita baru, reproduksi baru," imbuhnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Suhu di Sekitar Erupsi Gunung Lewotobi Capai 40 Derajat, Status Awas Level IV!
Suhu di Sekitar Erupsi Gunung Lewotobi Capai 40 Derajat, Status Awas Level IV!
Sulawesi Selatan
Siswa SMAN 5 Bengkulu Dipindahkan Sementara, Gubernur: Anak-anak Harus Tetap Sekolah
Siswa SMAN 5 Bengkulu Dipindahkan Sementara, Gubernur: Anak-anak Harus Tetap Sekolah
Jawa Barat
15 Prompt Gemini AI Foto Viral Berdua dengan Sosok Masa Kecil, Praktis Tinggal Pakai
15 Prompt Gemini AI Foto Viral Berdua dengan Sosok Masa Kecil, Praktis Tinggal Pakai
Kalimantan Timur
Ribuan Nama Dicoret dari Penerima PKH dan BPNT September 2025, Begini Cara Cek di cekbansos.kemensos.go.id
Ribuan Nama Dicoret dari Penerima PKH dan BPNT September 2025, Begini Cara Cek di cekbansos.kemensos.go.id
Lampung
Tom Holland Cedera Gegar Otak, Syuting Spider-Man Dihentikan Sementara
Tom Holland Cedera Gegar Otak, Syuting Spider-Man Dihentikan Sementara
Jawa Timur
Polisi Selidiki Dugaan Keracunan MBG di Bandung Barat, 301 Siswa Jadi Korban
Polisi Selidiki Dugaan Keracunan MBG di Bandung Barat, 301 Siswa Jadi Korban
Jawa Barat
Dedi Mulyadi: Kalau Aset Desa Jadi Jaminan Bank, Saya akan Gugat
Dedi Mulyadi: Kalau Aset Desa Jadi Jaminan Bank, Saya akan Gugat
Jawa Barat
BBM RON 95 Turun Jadi Rp 7.800 di Malaysia, Lebih Murah dari Pertalite
BBM RON 95 Turun Jadi Rp 7.800 di Malaysia, Lebih Murah dari Pertalite
Banten
Korupsi Haji Rp 1 Triliun: KPK Usut Dugaan Jual-Beli Kuota oleh Biro Perjalanan
Korupsi Haji Rp 1 Triliun: KPK Usut Dugaan Jual-Beli Kuota oleh Biro Perjalanan
Kalimantan Timur
Keracunan Massal di Bandung Barat, Ayam Diduga Basi, Berbau, dan Masih Ada Bulu
Keracunan Massal di Bandung Barat, Ayam Diduga Basi, Berbau, dan Masih Ada Bulu
Jawa Barat
Kisah Pilu Bocah Perempuan Tewas Membusuk di Kamar Kos Penjaringan
Kisah Pilu Bocah Perempuan Tewas Membusuk di Kamar Kos Penjaringan
Banten
Kasus Keracunan MBG, DPR Desak Investigasi Transparan Libatkan Publik
Kasus Keracunan MBG, DPR Desak Investigasi Transparan Libatkan Publik
Banten
Anggito Abimanyu Jadi Ketua DK LPS 2025-2030, Ini Profilnya
Anggito Abimanyu Jadi Ketua DK LPS 2025-2030, Ini Profilnya
Jawa Timur
7 Fakta Polemik Surat Perjanjian Program Makan Bergizi Gratis di Sleman
7 Fakta Polemik Surat Perjanjian Program Makan Bergizi Gratis di Sleman
Jawa Tengah
Nadiem Makarim Lawan Status Tersangka Korupsi Chromebook Rp 1,98 T Lewat Praperadilan
Nadiem Makarim Lawan Status Tersangka Korupsi Chromebook Rp 1,98 T Lewat Praperadilan
Kalimantan Timur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau