LIMA, KOMPAS.com - Setelah demonstrasi anak muda atau Generasi Z (Gen Z) merebak di Nepal, kini aksi serupa pecah di Peru pada Sabtu (20/9/2025).
Sebanyak 18 orang—termasuk petugas kepolisian dan jurnalis—luka-luka dalam bentrokan dengan aparat keamanan di Ibu Kota Lima.
Menurut laporan otoritas setempat dan organisasi independen, kerusuhan pecah ketika ratusan pengunjuk rasa yang tergabung dalam aksi kolektif “Generasi Z” memadati pusat kota.
Baca juga: Demo Berakhir, Gen Z Nepal Bersih-bersih Jalan dan Kembalikan Barang Jarahan
Aksi yang didominasi oleh kelompok pemuda itu berujung ricuh saat massa mencoba mendekati gedung-gedung pemerintahan.
Para demonstran melemparkan batu dan tongkat ke arah polisi, sedangkan aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dan mencegah mereka bergerak menuju istana kepresidenan serta gedung parlemen.
Awalnya, pihak kepolisian hanya melaporkan tiga personel yang terluka. Namun, pada Minggu (21/9/2025), jumlah itu meningkat menjadi 12 orang.
Tak hanya aparat, kalangan jurnalis juga menjadi korban.
Asosiasi Jurnalis Nasional Peru (ANP) melaporkan sedikitnya enam jurnalis terkena peluru karet saat meliput aksi protes. Di antara korban terdapat dua jurnalis dari stasiun radio Exitosa Noticias.
Jurnalis foto Cesar Zamalloa dari surat kabar mingguan Hildebrandt En Sus Trece mengaku tertembak peluru karet saat meliput demonstrasi.
“Polisi mulai menembakkan peluru karet langsung ke tubuh orang-orang. Saat itulah saya merasakan tembakan di kaki dan pinggul,” kata Zamalloa dalam pernyataan yang dirilis ANP melalui Facebook.
Serikat pekerja serta Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional di Peru kemudian mengkritik keras tindakan represif aparat terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis yang sedang menjalankan tugas.
Baca juga: Gen Z Nepal Gelar Pemilu Pakai Discord, Terpilihlah PM Wanita Pertama
Popularitas Boluarte terus menurun seiring melonjaknya kasus pemerasan dan maraknya kejahatan terorganisir di negara tersebut.
Sejumlah survei menunjukkan, publik semakin kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan parlemen, yang mayoritas dikuasai partai-partai konservatif.
Kedua lembaga itu dinilai tidak mampu memberantas korupsi dan gagal menangani krisis ekonomi.
Situasi kian memanas setelah Kongres Peru mengesahkan undang-undang baru yang mewajibkan generasi muda ikut iuran dana pensiun swasta.
Kebijakan ini menuai kritik tajam karena dinilai tidak berpihak pada kelompok muda yang menghadapi ketidakpastian dalam dunia kerja.
Organisasi penggerak protes menyatakan akan melanjutkan aksi mereka. Demo Peru lanjutan dijadwalkan berlangsung pada Minggu malam di lokasi yang sama, dengan tuntutan utama mendesak reformasi politik dan pengunduran diri Presiden Boluarte.
Baca juga: Bendera One Piece Berkibar di Demo Nepal, Simbol Perlawanan Gen Z
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini