JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut menghadiri pameran yang bertajuk Nada Merupa yang resmi dibuka di Bentara Budaya Jakarta pada Kamis (18/9/2025).
Dalam kesempatan itu, SBY memberikan sambutan mengenai pentingnya sebuah karya seni yang menjadi solusi dan penyejuk di tengah kerasnya kompetisi politik dan ekonomi.
Menurut dia, dunia yang seringkali tidak teduh itu membutuhkan harmoni dan nilai kemanusiaan yang dibawa oleh para seniman.
Baca juga: SBY Pamerkan Dua Lukisan di Bentara Budaya Jakarta, Bawa Misi Perdamaian untuk Dunia
"Politik memang menjadi keseharian kita, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. We know politics is about menang atau kalah. Bisa tidak teduh suasananya. Kemudian kegiatan ekonomi, bisnis, perdagangan, itu juga keseharian around the globe," kata SBY dalam sambutannya.
Ia menganalogikan dunia politik dengan kegiatan ekonomi dan bisnis yang juga diwarnai persaingan ketat.
Menurut dia, fokus pada keuntungan dalam bisnis seringkali menciptakan suasana yang serupa dengan kerasnya politik.
"Bisnis itu ditandai dengan untung atau rugi. Untuk mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya dan tidak merugi, itu bisa tidak teduh. Kompetisi bisa berjalan sangat keras seperti halnya politik," tutur SBY.
Baca juga: Ketika SBY Bicara Korelasi Antara Seni, Politik, dan Kedamaian Dunia
Di tengah kondisi tersebut, SBY menyoroti peran penting seniman.
Ia menyebut, seniman dengan mimpi, nilai, dan kepeduliannya mampu berkontribusi untuk menghadirkan keharmonisan.
"Nah di situ ada lagi yang diperlukan oleh kontribusi seniman yang punya mimpi, punya values, punya harapan, punya kepedulian untuk ikut hadir di situ," kata SBY lagi.
SBY optimistis bahwa berbagai bentuk karya seni, mulai dari musik, lukisan, hingga puisi, dapat menjadi solusi bagi permasalahan, bukan sebaliknya.
"Saya punya keyakinan hadirnya art, apakah itu dalam bentuk seni musik, seni lukis, seni puisi, dan semua karya seni, akan betul-betul bisa membuat harmoni akan timbul dengan baik," ucap SBY.
Baca juga: Pameran Nada Merupa di Bentara Budaya Resmi Dibuka, Satukan Belasan Musisi Lintas Generasi
Adapun SBY juga menghadirkan lukisannya dalam Nada Merupa yang bertajuk Gaza, The Extreme Human Suffering dan Amazing Beach I Used to Enjoy.
Selain lukisan, pameran ini juga menghadirkan karya kolaboratif yang unik, seperti koleksi gitar milik Dewa Budjana yang dilukis maestro seni rupa seperti Srihadi Soedarsono dan Jeihan.
Kemudian, ada juga piano milik Purwatjaraka yang dilukis oleh John Martono.
Pameran Nada Merupa sendiri akan berlangsung dari tanggal 19 hingga 28 September 2025.
Acara ini memamerkan karya dari 17 musisi lintas generasi, termasuk nama-nama besar seperti Sam Bimbo, Guruh Soekarno Putra hingga Sudjiwo Tejo.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini