RAMALLAH, KOMPAS.com - Pada 2008, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mendesak pemimpin Palestina untuk menyetujui solusi dua negara. Peta yang digambarnya tidak pernah diungkapkan ke media—hingga kini.
"Selama 50 tahun ke depan, Anda tidak akan menemukan satu pun pemimpin Israel yang akan mengusulkan kepada Anda apa yang saya usulkan sekarang."
"Tandatangani! Tandatangani dan mari kita ubah sejarah!"
Baca juga: Apa Itu Solusi Dua Negara untuk Penyelesaian Konflik Palestina?
Pernyataan itu diucapkan Olmert pada 2008 silam saat dia memohon kepada pemimpin Palestina untuk menerima kesepakatan yang ia yakini bisa membawa perdamaian ke Timur Tengah.
Itu adalah solusi dua negara—sebuah prospek yang kini tampaknya mustahil.
Jika dilaksanakan, solusi itu akan menciptakan negara Palestina yang memiliki wilayah lebih dari 94 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Peta yang disusun Olmert kini memiliki status hampir seperti mitos. Berbagai interpretasi telah muncul selama bertahun-tahun, tetapi ia tidak pernah mengungkapkannya ke media.
Hingga sekarang.
"Ini adalah kali pertama saya memperlihatkan peta ini ke media," katanya kepada para pembuat film.
Peta itu menunjukkan secara rinci wilayah yang diusulkan Olmert untuk dianeksasi ke Israel—4,9 persen dari Tepi Barat.
Wilayah tersebut akan mencakup blok permukiman Yahudi utama—mirip dengan proposal-proposal sebelumnya yang berasal dari akhir 1990-an.
Sebagai imbalannya, perdana menteri mengatakan bahwa Israel akan menyerahkan jumlah wilayah Israel yang setara, di sepanjang tepi Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kedua wilayah Palestina tersebut akan terhubung melalui terowongan atau jalan raya—sekali lagi, sesuatu yang sebelumnya telah dibahas.
Dalam film tersebut, Olmert mengingat tanggapan dari pemimpin Palestina atas usul itu.
Baca juga: Sejarah Munculnya Solusi Dua Negara untuk Israel dan Palestina