Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanselir Jerman Kecam Permintaan Trump Beli Tanah Jarang di Ukraina

Kompas.com - 08/02/2025, 18:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

BERLIN, KOMPAS.com - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengecam permintaan Presiden AS Donald Trump untuk membeli logam tanah jarang di Ukraina.

Upaya Trump itu sebagai imbalan atas bantuan militer AS untuk Ukraina, atau bantuan guna mendukung perang melawan Rusia.

Dikutip dari kantor berita AFP pada Sabtu (8/2/2025), logam golongan tanah jarang digunakan untuk mengubah daya menjadi gerakan dalam berbagai hal.

Baca juga: Dua Orang Tewas Ditikam di Taman di Jerman, Tersangka Asal Afghanistan Ditangkap

Atau bisa digunakan sebagai bagan pada kendaraan listrik hingga rudal dan tidak ada yang dapat menggantikannya.

"Ukraina sedang diserang dan kami membantunya, tanpa meminta imbalan. Ini seharusnya menjadi posisi semua orang," kata Scholz kepada grup media RND, ketika ditanya tentang tuntutan Trump untuk kemungkinan imbalan atas bantuan AS.

Kanselir Jerman telah menggambarkan tuntutan Trump sebagai hal yang sangat egois pada Senin setelah pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels.

Ia mengatakan sumber daya Ukraina harus digunakan untuk membiayai semua yang dibutuhkan setelah perang, seperti rekonstruksi dan mempertahankan tentara yang kuat.

"Akan sangat egois, sangat mementingkan diri sendiri untuk menuntut sesuatu dari Ukraina sebagai imbalan atas bantuan," terangnya.

Baca juga: Kenapa Trump Menginginkan Mineral Tanah Jarang Ukraina?

Trump mengatakan, ingin ada persamaan dari Ukraina untuk dukungan finansial Washington.

"Kami memberi tahu Ukraina bahwa mereka memiliki tanah jarang yang sangat berharga. Kami ingin membuat kesepakatan dengan Ukraina di mana mereka akan mengamankan apa yang kami berikan kepada mereka dengan tanah jarang mereka dan hal-hal lainnya," terang Trump.

"Saya ingin memiliki keamanan tanah jarang. Kami menggelontorkan ratusan miliar dolar. Mereka memiliki tanah jarang yang sangat bagus. Dan saya menginginkan keamanan tanah jarang, dan mereka bersedia melakukannya," imbuh Trump.

Pada Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, Washington dan Kyiv sedang merencanakan pertemuan dan pembicaraan, setelah Trump mengajukan kemungkinan pertemuan dengannya minggu depan.

Sebelumnya, Zelensky mengatakan pada Selasa, Ukraina siap menerima investasi dari perusahaan-perusahaan AS dalam tanah jarangnya atau logam yang banyak digunakan dalam elektronik.

Dalam rencana perdamaian yang diluncurkan pada Oktober, Zelensky, tanpa secara khusus menyebutkan tanah jarang.

Tetapi dia mengusulkan "perjanjian khusus" dengan mitra negaranya, yang memungkinkan perlindungan bersama dan eksploitasi bersama atas sumber daya strategis.

Baca juga: Trump Minta Logam Tanah Jarang Ukraina sebagai Imbalan Bantuan Militer

Ia memberi contoh seperti uranium, titanium, litium, grafit, dan sumber daya strategis lain yang sangat berharga.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau