KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, melaporkan adanya penambahan jumlah korban meninggal dunia akibat kasus campak di wilayah tersebut.
Total korban yang meninggal kini mencapai tujuh orang, meningkat dari lima orang sebelumnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pamekasan, Avira Sulistyowati, menjelaskan bahwa data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah warga yang terpapar campak.
Hingga saat ini, terdapat 734 orang yang terkonfirmasi sebagai suspek campak, meningkat sebanyak 214 orang dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat hanya 520 orang.
“Data kasus meninggal dunia ini berdasarkan data laporan terbaru dari masing-masing puskesmas per hari ini,” ujar Avira, yang menambahkan bahwa dua orang dari jumlah suspek tersebut juga meninggal dunia dalam sepekan terakhir, dikutip Antara, Senin (22/9/2025).
Baca juga: Pasien Campak yang Dirawat di RSUD Bangkalan Bertambah Jadi 20 Anak
Ketujuh penderita campak yang meninggal dunia berasal dari lima kecamatan di Pamekasan. Perinciannya, di Kecamatan Proppo terdapat dua anak yang meninggal, di Kecamatan Pademawu satu anak, Tlanakan satu anak, Batumarmar satu anak, dan di Kecamatan Pasean dua anak.
Dari total 734 suspek campak, sebanyak 178 orang telah dinyatakan positif terjangkit campak, sementara 672 orang lainnya telah sembuh.
Sedangkan 55 orang sisanya masih menjalani perawatan intensif di berbagai fasilitas kesehatan setempat.
Baca juga: Dua Pekan, Pasien Campak yang Dirawat di Sumenep Turun Signifikan
Dinkes Pamekasan mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap penularan campak dengan memperkuat pola hidup sehat dan memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi campak yang lengkap.
Avira menekankan bahwa petugas kesehatan terus melakukan pemantauan, sosialisasi, serta penanganan medis agar kasus ini tidak semakin meluas.
Campak dikenal sebagai penyakit yang memiliki tingkat penularan tinggi. Satu penderita dapat menularkan virus kepada 12 hingga 18 orang lainnya melalui droplet dari batuk atau bersin.
Kebiasaan masyarakat yang sering berkumpul dianggap meningkatkan risiko penularan.
“Selain mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat, kami juga melakukan imunisasi massal campak di semua kecamatan,” tambah Avira.
Baca juga: Korban Meninggal akibat Campak di Sumenep Bertambah Jadi 22 Orang
Sebelumnya, kasus campak yang meningkat pesat di Pamekasan sudah memenuhi syarat untuk penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Namun, deklarasi KLB tidak dapat dilakukan akibat keterbatasan anggaran.
Pada Rabu (17/9/2025), dalam audensi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Bupati Kholilurrahman menyatakan bahwa kendala anggaran disebabkan oleh efisiensi.
Health Specialist Unicef Indonesia wilayah Jawa Timur, Armunanto, menegaskan bahwa seharusnya Pamekasan sudah ditetapkan sebagai KLB campak.
"Karena awalnya kasus di Pamekasan tidak sebanyak saat ini, maka bisa dikatakan menjadi KLB," ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Akibat Efisiensi, KLB Campak di Pamekasan Gagal Dideklarasikan Bupati.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini