Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa MBR Sulit Punya Rumah? Ini Dua Ganjalan Terbesar

Kompas.com - 23/09/2025, 13:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Deputi Komisioner Bidang Pemanfaatan Dana Tapera Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) Sid Herdi Kusuma mengungkapkan, ada dua tantangan besar yang dihadapi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah.

Hal ini ia sampaikan dalam acara sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan oleh Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (22/9/2025).

"Kalau kita lihat secara global, kepemilikan rumah itu menjadi tantangan di berbagai macam negara. Ada dua tantangan utama dalam penyediaan perumahan. Pertama adalah mengenai accessibility, kedua adalah affordability," kata Sid.

Baca juga: Simulasi Cicilan Rumah Subsidi 10 Tahun, Berapa Per Bulannya?

Sid menjelaskan, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, terdapat sekitar 9,9 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki tempat tinggal, dan 26,9 juta keluarga lainnya tinggal di rumah yang tidak layak huni.

Dua tantangan tersebut semakin nyata karena harga rumah terus mengalami kenaikan rata-rata 3,9 persen setiap tahun sejak 2013. 

"Ini menjadi tantangan bagi masyarakat untuk bisa memiliki rumah," ujarnya.

Selain itu, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tinggi juga memberatkan masyarakat. Bunga yang besar membuat cicilan bulanan meningkat, sehingga masuk dalam kategori affordability atau keterjangkauan.

Baca juga: Prabowo Bakal Luncurkan 25.000 Rumah Subsidi di Bogor

"Uang muka yang tinggi, kalau kita lihat di beberapa negara, bisa 20-30 persen. Di Indonesia untuk KPR umum atau komersial biasanya dibutuhkan 10 hingga 20 persen. Hal ini telah teridentifikasi memberatkan masyarakat. Mereka mencoba nabung untuk down payment beberapa tahun, dalam waktu menunggu tersebut harga propertinya sudah naik," kata Sid.

Solusi Lewat KPR Subsidi

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah menghadirkan program KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Melalui program ini, masyarakat hanya perlu menyediakan DP sebesar 1 persen, dengan bunga tetap 5 persen hingga tenor selesai.

Baca juga: Ini Simulasi Cicilan Rumah Subsidi 20 Tahun

"Kalau kita simulasikan, cicilan bulanannya hanya sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta per bulan selama 20 tahun dan tidak berubah sampai lunas," ujar Sid.

Selain itu, pemerintah juga memberi sejumlah keringanan lain, mulai dari bebas biaya asuransi, bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), bantuan subsidi uang muka sekitar Rp 4 juta, hingga bebas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Kuota 350.000 Rumah

Sid menambahkan, pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk penyediaan 350.000 unit rumah subsidi melalui KPR FLPP pada 2025.

"Ini kesempatan bagi MBR untuk bisa memiliki rumah dengan keterjangkauan yang baik," ucapnya.

Masyarakat bisa memilih rumah subsidi melalui situs www.sikumbang.tapera.gov.id. Hingga kini, BP Tapera telah bekerja sama dengan 41 bank penyalur serta 20 asosiasi pengembang agar rumah subsidi tersedia dari Sabang sampai Merauke.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau