Taliban dengan tegas menolak gagasan Trump untuk mengembalikan Bagram ke kendali AS.
“Afghanistan sepenuhnya merdeka, diperintah oleh rakyatnya sendiri, dan tidak bergantung pada kekuatan asing mana pun,” kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Taliban Fasihuddin Fitrat dalam sebuah acara di Kabul, dikutip Bloomberg.
Meski begitu, beberapa pejabat Taliban mengisyaratkan adanya ruang diplomasi non-militer.
Zakir Jalaly, pejabat Kementerian Luar Negeri Taliban, menulis di media sosial, “Tanpa kehadiran militer AS di Afghanistan, kedua negara bisa tetap menjalin hubungan politik dan ekonomi berdasarkan saling menghormati dan kepentingan bersama.”
Para analis menilai rencana Trump untuk merebut kembali Bagram nyaris mustahil.
Bill Roggio dari Foundation for Defense of Democracies memperingatkan bahwa Taliban maupun China pasti akan menolak keras, sementara upaya reokupasi akan memerlukan pengerahan besar-besaran pasukan AS, sekaligus melanggar Perjanjian Doha.
Hal itu juga bisa memicu ketegangan baru dengan Pakistan, Rusia, hingga Iran.
Meski sempat ditanya apakah ia berniat mengirim pasukan untuk merebut Bagram, Trump memilih bungkam.
“Kita tidak akan membicarakan itu,” katanya singkat, dilansir Al Jazeera.
Baca juga: Trump Ancam Hukum Afghanistan jika Tak Serahkan Pangkalan Udara Bagram
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini