KONI juga mencatat, olahraga ini sudah punya wadah resmi bernama Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI), bahkan pernah dipertandingkan sebagai cabang ekshibisi di Pekan Olahraga Nasional (PON).
Bona Palma, pendiri komunitas PAUD (Padel Aja Udah) di Jakarta, mengungkapkan padel masuk ke Indonesia sekitar akhir 2019.
“Masuk pertama kali via ekspatriat, pelajar, dan pekerja Indonesia yang mengenal padel di Eropa atau Amerika Latin, serta wisatawan asing yang berkunjung. Pertama kali masuk dan besar di Bali, hingga akhirnya mewabah di Jakarta,” ujarnya kepada DW Indonesia.
Komunitas PAUD yang awalnya hanya berisi kurang dari 10 orang kini hampir menembus 1.000 anggota.
“Olahraga ini bisa jadi game yang super fun, dalam waktu singkat kalori terbakar cukup banyak, dan waktu mainnya terukur, jadi cocok untuk orang yang sibuk,” tambah Bona.
Para pemain di Indonesia menilai padel lebih ramah bagi pemula dibanding tenis.
Elyzabeth Hutahaean, seorang padelista, mengaku awalnya tidak menyukai olahraga raket.
“Dulu aku merasa enggak bisa atau suka olahraga permainan, tapi padel beda. Aku main saja, enggak ada ambisi, tapi ternyata malah ketagihan,” katanya.
Bagi Elyzabeth, padel bukan hanya soal olahraga, tapi juga pertemanan dan peluang kerja.
“Sekarang kalau enggak bareng suami atau teman juga enggak masalah. Saya bisa random main sama orang lain. Bisa dapat teman, networking juga dapat, bahkan pernah dapat kerjaan dari kenalan di lapangan,” ujarnya.
Fenomena serupa dirasakan Adianto Arminta, pemilik House of Padel (HOP) di Jakarta.
Menurutnya, minat terhadap padel meningkat tajam sejak awal 2025.
“Dari Januari sampai April, makin banyak beginner yang coba. Kepenuhan lapangan juga meningkat,” jelas Adi.
HOP yang berlokasi di lantai 26 sebuah gedung perkantoran kini memiliki empat lapangan.
“Waktu Lebaran malah ramai banget, lapangan penuh. Di hari biasa, tingkat okupansi pernah capai 98,3 persen. Hanya ada dua jam kosong. Terutama ramai sebelum dan sesudah jam kerja,” ungkapnya. Biaya sewa lapangan di HOP berkisar Rp500.000 per jam, tergantung waktu dan hari.
Meski mulai redup di Swedia, laporan Global Padel Report 2023 memperkirakan jumlah lapangan padel dunia akan mencapai 85.000 unit pada 2026, dengan nilai ekonomi mencapai 6 miliar euro (sekitar Rp 118 triliun).
Asia Tenggara sendiri berkembang pesat, dipimpin Thailand yang memiliki lebih dari 90 lapangan dan 300 pemain aktif.
Indonesia, dengan pertumbuhan yang cepat dan komunitas yang semakin solid, kini tampak sedang berada di fase yang pernah dialami Swedia beberapa tahun lalu.
Baca juga: Kenapa Taiwan Disebut Chinese Taipei di Ajang Olahraga?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini