Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Samuel, Anak 7 Tahun dari Bandung Juara Olimpiade Matematika Internasional

Kompas.com - 23/09/2025, 14:40 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Masih berusia 7 tahun, bocah asal Bandung, Jawa Barat yakni Samuel Anderson Lee berhasil menjuarai berbagai kompetisi di bidang Matematika dari tingkat nasional hingga internasional.

Tak hanya punya talenta di bidang Matematika, Samuel juga punya bakat lain yaitu wushu hingga bahasa Mandarin.

Sejauh ini, Samuel berhasil meraih 5 medali emas dan 1 perak di Olimpiade Matematika Internasional seperti SASMO (Singapore and Asian Schools Math Olympiad), WMI (World Mathematics Invitational), HKIMO (Hong Kong International Mathematical Olympiad), SMC (Singapore Math Challenge) hingga IKMC (International Kangaroo Mathematics Contest).

Selain itu, Samuel juga berhasil meraih Gold Medalist & Global Rank 3 di HKIMO Final Hong Kong. Kejuaraan lain selain bidang Matematika yang berhasil diraih Samuel seperti medali emas dan perak di ajang KONI Kota Bandung, Jawa Barat (1 medali), KONI Jawa Timur (tiga medali) dan KONI Pusat (1st runner up). Samuel juga jadi peserta favorit Chinese Bridge atau lomba Mandarin.

Winda Octaria, ibu dari Samuel mengatakan, Samuel tidak hanya sekadar menang di berbagai kejuaraan tersebut, dia bahkan mencatatkan "Perfect Score" di Logical Thinking, Arithmetic/Algebra, Number Theory, dan Combinatorics.

Baca juga: 4 Siswa Indonesia Raih 11 Medali di Olimpiade Kebumian Internasional

Punya bakat Matematika sejak usia 2 tahun

"Sejauh ini, Samuel belum mengikuti les formal. Dia belajar matematika di rumah dengan bimbingan dari kami (orangtua)," kata Winda kepada Kompas.com, Selasa (23/9/2025).

Bakat Samuel di bidang Matematika ini, lanjut Winda, sudah terlihat sejak sangat dini. Pada usia 2 tahun, Samuel sudah bisa berhitung 1 hingga 20 dan sangat cepat memahami pola serta angka.

Kemudian, saat berusia 3 tahun, Samuel sudah mampu menjawab pertanyaan matematika sederhana.

Misalnya, ada 6 roti yang harus dibagi rata kepada 3 orang, Samuel bisa langsung menjawab dengan tepat bahwa setiap orang mendapat 2 roti.

"Puncaknya terlihat ketika Samuel berusia 6 tahun dan masih duduk di kelas 1 SD. Kami memberanikan diri mendaftarkannya ke Singapore Math Challenge (SMC) 2024. Aturan lomba SMC saat itu mewajibkan peserta turun satu tingkat. Jadi anak kelas 2 SD bertanding di kategori Grade 1, anak kelas 3 SD di kategori Grade 2, dan seterusnya. Artinya, secara reguler anak kelas 1 SD seperti Samuel sebenarnya belum bisa mendaftar," beber Winda.

Baca juga: Tidak Ada Jalan Pintas Menuju Prestasi, Jejak Dua Siswa Kesatuan Bangsa di Olimpiade Sains Internasional

Rancang metode belajar yang interaktif dan menantang

Namun setelah dia berkonsultasi, panitia memberikan izin dengan syarat Samuel siap menghadapi tantangan.

Akhirnya Samuel bertanding di kategori Grade 1 menghadapi kakak-kakak kelas 2 SD. Dengan persiapan minim, hanya sekitar tiga kali latihan, Samuel berhasil meraih Silver Medal.

"Dari situlah kami semakin yakin bahwa Samuel memiliki bakat di bidang Matematika, dan sejak itu kami mulai lebih serius membimbingnya," tambahnya.

Winda mengaku, ayah dari Samuel pernah menjadi Academic Director dan Game Designer untuk program pembelajaran kreatif seperti Clash of Champions dan Academy of Champions.

Ayah dari Samuel juga merancang metode belajar yang interaktif dan menantang, memadukan logika, problem-solving, dan gamifikasi untuk Samuel supaya tidak bosan dalam belajar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau