SEOUL, KOMPAS.com – Korea Selatan dibuat heran setelah ratusan warganya yang bekerja di proyek pabrik baterai Hyundai–LG di Amerika Serikat (AS) ditahan dalam razia otoritas imigrasi pada Kamis (4/9/2025).
Padahal, sebagian pekerja datang dengan visa bisnis atau program bebas visa yang selama ini dianggap sah.
Diketahui, razia yang berlangsung di dekat Savannah, Georgia, menjadi operasi imigrasi terbesar yang pernah dilakukan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Baca juga: AS Menyesal Razia 300 Pekerja Korsel, Proyek Rp 70 T Mandek Usai Mereka Pilih Pulang
Lebih dari dari 300 warga Korea Selatan—termasuk 250 karyawan dan kontraktor LG Energy Solution—ditahan dalam penggerebekan. Video pekerja yang diborgol bahkan beredar luas dan memicu kehebohan publik di Seoul.
Dalam dokumen pedoman internal Agustus 2023, yang dilihat Reuters, LG menganjurkan pekerja dan subkontraktor untuk menggunakan Electronic System for Travel Authorization (ESTA), sistem izin masuk singkat ke AS.
Sekitar 44 persen dari pekerja LG yang ditahan diketahui masuk AS menggunakan ESTA, menurut anggota parlemen Korea Selatan, Han Jeong-ae.
Pedoman internal LG menambahkan, ESTA hanya untuk penugasan singkat kurang dari satu bulan. Untuk kunjungan 1–6 bulan, pekerja harus pakai visa B-1 atau L-1.
Perusahaan, melalui pedoman tersebut, juga memberi tips menghadapi wawancara di bandara AS. Salah satunya adalah untuk tidak menyebut kata “work” (bekerja) kepada petugas imigrasi.
“Menggunakan kata ‘work’ untuk menjelaskan tujuan kunjungan bisa menimbulkan kecurigaan dan menyebabkan penolakan masuk AS,” tulis panduan itu.
Meski demikian, LG membantah melakukan pelanggaran.
“Kami menyarankan karyawan menggunakan ESTA untuk perjalanan bisnis, mengingat tingginya tingkat penolakan B-1 visa pada waktu itu. Penolakan B-1 juga akan memblokir kelayakan ESTA,” kata LG dalam pernyataannya kepada Reuters.
Perusahaan juga menyatakan telah memperbarui pedoman visa pekerja pada Maret 2024.
“Karyawan kami bertanggung jawab memasang mesin buatan Korea dan menyiapkan proses produksi agar stabil, serta mentransfer pengetahuan kepada pekerja lokal. Aktivitas ini sesuai dengan tujuan ESTA atau B-1,” tegas LG.
Menurut pengacara imigrasi AS, kegiatan para pekerja Korea Selatan seperti yang telah disebutkan oleh LG sebenarnya masih sesuai cakupan ESTA maupun B-1.
Namun, penggunaan ESTA secara berulang dinilai cukup berisiko.
Baca juga: Trump Bantah Takuti Investor Asing Pasca Razia Pekerja Korsel, Janji Sambut Ramah