KOMPAS.com - Dalam dua pekan terakhir, warga Kapalo Hilalang, Padang Pariaman, Sumatera Barat, terus menyuarakan tuntutan mereka.
Aksi tersebut dipicu oleh Surat Keputusan (SK) pembangunan Batalyon Kesehatan yang dikeluarkan Bupati.
Selain itu, masyarakat juga meminta kejelasan ganti rugi tanaman akibat pembangunan jalan lingkar di kawasan Tarok City.
Pada Jumat (12/9/2025) sekitar pukul 16.00 WIB, Wakil Bupati Padang Pariaman Rahmat Hidayat mendatangi Kantor Nagari Kapalo Hilalang.
Ia datang bersama sejumlah pejabat daerah, seperti Inspektur, Kepala Dinas LHKPP, BPKD, Kasat Pol PP, dan Direktur Tirta Anai.
Kasat Pol PP Rifki Monrizal menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan inisiatif Wabup. “Itikad baik Wabup ini memang untuk duduk bersama dengan masyarakat agar bisa menemukan jalan keluar atas persoalan yang terjadi,” ujarnya.
Namun, upaya mediasi tidak berjalan sesuai rencana. Meski sempat duduk di ruang pertemuan, Rahmat dan rombongan akhirnya diminta keluar oleh warga.
Baca juga: Wakil Bupati Padang Pariaman Diusir Warga Desa, Ini Penyebabnya
“Selang beberapa saat setelah kami duduk, akhirnya kami pergi dan meninggalkan lokasi. Sesuai permintaan masyarakat,” kata Rifki.
Rifki menilai penolakan ini sebagai bentuk ketidakpuasan warga karena tuntutan mereka belum juga mendapatkan kejelasan. Video penolakan tersebut kemudian beredar di media sosial. Warga menegaskan ingin bertemu langsung dengan Bupati, bukan perwakilannya.
Sehari setelah kejadian, Sabtu (13/9/2025), Rahmat Hidayat memberikan klarifikasi. Ia menyebut kedatangannya merupakan mandat dari Bupati yang tidak bisa hadir pada aksi kedua warga beberapa waktu lalu.
“Jadi pertemuan itu memang diagendakan, saya mengajak sejumlah kepala OPD juga untuk bisa langsung mendengar,” ujarnya.
Rahmat menambahkan, sejak awal suasana mediasi berjalan tertib. Namun, pertemuan menjadi tidak kondusif setelah ada warga yang mempertanyakan kehadiran Bupati.
Baca juga: Tawuran Geng Mexico Vs BST di Padang, 1 Remaja Tewas Mengenaskan
“Saat itu akhirnya kondisi pertemuan makin tidak kondusif, warga lain turut mempertanyakan kehadiran saya di sana,” katanya.
Karena desakan warga semakin kuat, Rahmat memilih untuk undur diri. Ia tetap berpamitan kepada warga yang hadir sebelum meninggalkan lokasi.
Rahmat mengaku memahami sikap tegas warga.