DOHA, KOMPAS.com – Para pemimpin negara-negara Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat di Doha, Qatar, pada Senin (15/9/2025).
Tujuannya adalah menunjukkan dukungan kepada Qatar setelah serangan Israel yang menyasar pimpinan Hamas di kota tersebut pekan lalu.
Namun, meski dibalut pernyataan keras berisi kecaman terhadap Israel, pertemuan itu berakhir tanpa langkah nyata.
Baca juga: KTT Darurat di Doha, Negara-negara Arab-Islam Bahas Balasan untuk Israel
Tidak ada keputusan mengenai sanksi, embargo, atau bentuk tekanan lain terhadap Israel maupun sekutunya, Amerika Serikat (AS).
Situasi ini kontras dengan lima dekade lalu. Pada Oktober 1973, ketika perang Yom Kippur pecah antara Israel melawan Mesir dan Suriah, negara-negara Arab justru mengambil langkah drastis.
Para menteri dari OAPEC (Organisation of Arab Petroleum Exporting Countries), yang dipimpin Arab Saudi, memutuskan untuk mengurangi produksi minyak serta memberlakukan embargo terhadap AS dan negara lain yang mendukung Israel.
Senjata minyak itu terbukti efektif, mendorong Barat ke jurang resesi dan mempercepat gencatan senjata.
Kini, meski korban jiwa di Gaza telah mendekati 65.000 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – negara-negara Arab tak lagi menunjukkan keberanian serupa.
Ironisnya, bahkan kedekatan dengan Washington tak selalu memberi perlindungan.
Qatar, misalnya, pada 2022, ditetapkan AS sebagai sekutu utama non-NATO dan menjadi tuan rumah pangkalan udara terbesar AS di Timur Tengah.
Namun, harapan agar Amerika bisa menekan Israel tampak jauh dari kenyataan.
“Kami berharap mitra strategis kami di AS menggunakan pengaruh mereka terhadap Israel agar perilaku ini dihentikan,” kata Sekjen Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) Jasem Mohamed al-Budaiwi, dikutip harian pemerintah Dubai, Al Bayan.
Menurutnya, AS punya daya tekan besar terhadap Israel, dan sudah saatnya kekuatan itu digunakan.
Baca juga: PM Malaysia Hadiri KTT Darurat Arab-Islam di Doha Serukan Solidaritas
Akan tetapi, Presiden AS Donald Trump justru berkelakar pada awal Agustus, “Itu terserah Israel” saat ditanya soal operasi di Gaza, seolah menepis harapan adanya intervensi dari Washington.
AS juga tak bisa mencegah serangan Israel ke Doha saat menghantam markas pimpinan Hamas.