Palembang, KOMPAS.com - Jaka alias Encik Muhammad Alaudin (44) masih ingat jelas saat pertama kali ia diajak sang ayah menonton lomba perahu bidar dari tepian Sungai Musi.
Waktu itu umurnya masih tujuh tahunan, ia berlarian di lorong rumah-rumah panggung menuju ke pinggir sungai dengan canda tawa.
Ia melihat takjub puluhan anak dayung atau pendayung bidar dengan sigap mengayun kompak melewati arus sungai yang bergelombang menuju garis finish.
Sorak sorai orang menambah ketegangan siapa yang akan menang, hingga rupanya Perahu Bidar buatan ayahnya-lah yang menjadi pemenangnya.
Sudah puluhan tahun berlalu, Jaka kecil tidak tau kalau hari ini di usia 44 Tahun, ia menjadi satu-satunya pengrajin Perahu Bidar di Kota Palembang yang masih tersisa. Meneruskan usaha ayahnya secara turun-temurun.
Tepat di Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, Minggu 17 Agustus 2025, suara riuh warga Kota Palembang menonton final lomba Perahu Bidar yang digelar pemerintah kota di Benteng Kuto Besak (BKB).
Setidaknya ada 12 perahu bidar yang ikut berlomba. Masing-masing membawa kapal berukuran antara 20-30 meter dengan jumlah pendayung 45-58 orang.
Warna-warni kapal dan kostum pedayung menghiasi Sungai Musi dari arah Jembata Musi VI.
"Ayoo.. ayoo sedikit lagi!" sorak sorai penonton mendukung tim kebanggaannya untuk sampai ke garis finish yang tepat berada di bawah Jembatan Ampera.
Perebutan juara 1, 2 dan 3 terjadi antara Kabupaten Ogan Ilir, Bank Sumsel Babel, dan Dinas Perhubungan Kota Palembang.
Akhirnya Perahu Bidar perwakilan instansi Dishub Kota Palembang berhasil memenangkan perlombaan.
Saat dibagikan piala dan uang tunai, terlihat Jaka hadir dengan berpakaian hitam tertawa lepas bersama warga lain menyambutnya.
Ia sebagai pemilik perahu bidar yang menjuarai bidar tahun ini ikut mengambil tropi dan hadiah. Kapal yang ia buat, rawat dan diperbaiki sendiri bisa melaju paling pertama di event terbesar Kota Palembang ini.
Tim dayung yang bernama Tatang Putra Grup ini memang sejak lama mengikuti bidar, tepatnya di tahun 2003.
"Senang sekali kami berhasil memenangkan perahu bidar tahun ini. Ini kebanggaan untuk kami, nanti hadiahnya akan dibagi untuk pembinaan," ujarnya.
Usaha selama dua bulan terakhir mempersiapkan lomba bidar dan pedayung-pedayung terbaik dari kampungnya di 36 Ilir menjadi pemantik semangat.
"Kami memang terbiasa mendayung, semuanya berasal dari daerah 35 ilir, tidak ada yang dari profesional, tapi mendayung sudah menjadi kebiasaan kami sehari-hari," tuturnya.
Setelah lomba usai, perkampungan 35 Ilir, salah satu tempat warga menonton Perahu Bidar kembali beraktivitas seperti biasa.
Perahu milik Jaka kembali naik ke rumah atau pangkalan yang terbuat dari atap seng sebagai penutup Bidar agar tetap awet dan penyangga kayu agar Bidar tidak terkena air sungai saat pasang.
"Kalau terlalu lama berada di atas air (sungai) nanti lumutan. Perawatannya susah," ujar Jaka saat tim Kompas.com temui kembali, Selasa (26/08/2025).
Setelah kembali ke pangkalan, Perahu Bidar miliknya itu tidak akan diturunkan hingga ada event perlombaan lagi.
Artinya, jika lomba bidar hanya diadakan setahun sekali, maka perahu itu akan kembali dikeluarkan di tahun berikutnya. Tentu dengan kondisi cat yang sudah usang, kayu yang perlu perbaikan lagi sana-sini.
Padahal menurut Jaka, jika saja banyak lomba bidar digelar, maka peluang bidar terus dapat dipakai dan bernilai lebih bagi perekonomian pembuat dan warga sekitar.
"Bidar ini tidak bisa dipakai sehari-hari, memang dibuat dari satu batang kayu merawan, bahkan sebelum lomba ada ritual tertentu, sehingga tidak bisa sembarang," katanya.
Sebelum lomba, biasanya pemilik, tukang reparasi bidar, dan semua anak dayung membaca doa dan yasinan serta makan bersama.
"Euforia warga tentu sangat mendukung mendoakan bidar kami menang, berkat warga kami disambut dengan kemeriahan," tutur Jaka.
Ia berharap perlombaan bidar lebih sering digelar, baik di Kota Palembang maupun kabupaten lain.
"Kalau saja Bidar ini bisa seperti zaman dulu, jadi hiburan warga kampung, kami yang tinggal di tepi Musi, dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa, tidak harus menunggu setahun sekali baru bisa nonton," tuturnya.