LONDON, KOMPAS.com - Inggris beserta sekutu Israel lainnya, Kanada, Australia dan Portugal, resmi mengakui negara Palestina pada Minggu (21/9/2025).
Langkah Inggris dan sekutu Barat lainnya menambah daftar lebih dari 140 negara yang telah mengakui negara Palestina, di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel terkait perang di Gaza.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut langkah tersebut sebagai upaya menghidupkan kembali prospek perdamaian antara Palestina-Israel.
Baca juga: Apa Manfaat Palestina Diakui Jadi Sebuah Negara?
"Hari ini, untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi Palestina dan Israel, serta solusi dua negara, Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina," kata Starmer pada Minggu seperti yang dikutip dari Reuters, Senin (22/9/2025).
Starmer menekankan krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik terendah baru.
Ia menyebut, serangan bom tanpa henti dan semakin intensif oleh pemerintah Israel di Gaza, serangan dalam beberapa pekan terakhir, kelaparan, dan kehancuran benar-benar tidak dapat ditoleransi.
Keputusan Inggris membawa simbolisme tertentu mengingat peran utamanya dalam pembentukan Israel sebagai negara modern setelah Perang Dunia II.
Baca juga: Perancis dan Arab Saudi Galang Dukungan Negara Palestina di Forum PBB
Pasukan Inggris merebut Yerusalem dari Kekaisaran Ottoman pada 1917.
Pada 1922, Liga Bangsa-Bangsa memberi mandat internasional kepada Inggris untuk mengelola Palestina, yang kemduian menjadi bagian penting dalam terbentuknya negara Israel modern setelah Perang Dunia II.
Husam Zomlot, kepala Misi Palestina di Inggris, menonton melalui ponselnya saat Starmer mengumumkan pengakuan Inggris terhadap negara Palestina.
"Hari ini adalah momen ketika Perdana Menteri Inggris dan pemerintah Inggris, atas nama rakyat mereka, berdiri dan berkata: 'Kita harus mengoreksi sejarah, kita harus memperbaiki kesalahan'," kata Zomlot.
Baca juga: Israel Makin Kesepian Usai Sekutu-sekutunya Akui Negara Palestina
Pengakuan negara Palestina oleh Inggris dan tiga sekutu lainnya membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu murka.
“Saya punya pesan yang jelas untuk para pemimpin yang mengakui negara Palestina setelah pembantaian mengerikan 7 Oktober: Anda memberikan hadiah besar untuk Hamas,” kata Netanyahu.
“Dan saya punya pesan lain untuk Anda: Itu tidak akan terjadi. Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan,” tegasnya.
Serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera, menurut penghitungan Israel.
Baca juga: Pengakuan Palestina Meluas, Israel Balas Ancam Aneksasi Tepi Barat
Sementara, serangan militer Israel sebagai balasan telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka warga sipil, menurut otoritas kesehatan setempat yang diakui PBB.
Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, tidak langsung berkomentar mengenai keputusan tiga sekutunya untuk mengakui negara Palestina, tetapi Presiden Donald Trump sebelumnya telah menegaskan bahwa ia menentang langkah tersebut.
Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir, mengatakan ia akan mengusulkan agar kabinet menerapkan kedaulatan di wilayah Palestina lain yang diduduki Israel, yaitu Tepi Barat.
Hal itu akan mewakili aneksasi de facto atas tanah yang dirampas dalam perang 1967.
Baca juga: 4 Isu Penting di Sidang Umum PBB, dari Pertemuan Trump–Albanese hingga Pengakuan Palestina
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini