AMSTERDAM, KOMPAS.com - Anggota DPR Belanda Esther Ouwehand, pemimpin Partai untuk Hewan (PvdD), diperintahkan keluar dari ruang setelah mengundang perhatian dengan mengenakan blus bermotif bendera Palestina dalam sidang parlemen, Kamis (20/9/2025).
Ketua DPR Martin Bosma dari partai sayap kanan, PVV, menilai pakaian tersebut melanggar aturan tak tertulis soal kewajiban berpakaian netral bagi anggota parlemen.
Meski awalnya ragu-ragu, Bosma mengambil keputusan itu setelah sejumlah pemimpin partai lain menyampaikan keberatan atas penampilan Ouwehand, sebagaimana yang dilansir dari Muslim Mirror pada Sabtu (20/9/2025).
Baca juga: Jerman: Pengakuan Negara Palestina Harusnya Terakhir, Solusi 2 Negara Dulu
Dengan sikap menantang, Ouwehand sempat meminta Bosma untuk mengusirnya secara fisik jika dianggap melanggar aturan, sebelum akhirnya ia keluar dari ruang sidang parlemen Belanda sebagai bentuk protes.
Tak lama kemudian, ia kembali hadir dengan blus bermotif semangka, simbol solidaritas halus pada Palestina, yang memungkinkannya menyampaikan usulan tanpa gangguan.
Dalam video yang ia unggah ke Instagram, Ouwehand menegaskan pakaiannya merupakan bentuk solidaritas.
View this post on Instagram
Baca juga: Pengakuan Palestina oleh Negara Barat, Hamas: Kemenangan Hak Rakyat Palestina
“Tepat ketika Kabinet menolak mengakui genosida dan menolak bertindak, adalah tugas kita untuk terus menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina. Bebaskan Palestina,” ujarnya.
Rekaman peristiwa tersebut menyebar luas di media sosial dan menuai reaksi beragam. Para pendukung menyebut Ouwehand sebagai sosok berani, sementara pengkritik menilainya memperlebar perpecahan di Eropa terkait perang Israel di Gaza.
Pada sesi yang sama, pemimpin Partai Denk Stefan van Baarle terlihat mengenakan pin bendera Palestina, sedangkan anggota Partai BBB memakai pita kuning sebagai dukungan bagi sandera Israel yang ditahan di Gaza.
Hingga kini, tidak ada aturan berpakaian formal di parlemen Belanda. Penegakan sepenuhnya berada di tangan Ketua DPR, yang kerap menimbulkan perdebatan politik.
Baca juga: Inggris dan Tiga Sekutu Resmi Akui Palestina, Netanyahu Tak Terima
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini