KOMPAS.com – Seorang pejabat ekonomi di Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat (AS), menyatakan pihaknya tengah membahas pengembalian pekerja Korea Selatan (Korsel) yang dirazia otoritas imigrasi AS.
Para pekerja tersebut dirazia saat bekerja di lokasi pembangunan pabrik baterai gabungan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution.
Para pekerja tersebut ditahan selama sepekan sebelum akhirnya dipulangkan ke negara asalnya.
Baca juga: Imbas Penggerebekan Pabrik Hyundai, Pekerja Korsel Tak Berani Bekerja
Trip Tollison, Kepala Otoritas Pengembangan Ekonomi Savannah, Georgia, mengatakan dalam wawancara dengan Savannah Morning News pada Rabu (17/9/2025) bahwa kehadiran pekerja Korsel sangat penting bagi kelanjutan proyek pabrik tersebut.
Otoritas Pengembangan Ekonomi Savannah merupakan organisasi swasta yang bekerja sama erat dengan pemerintah negara bagian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Orang-orang yang bekerja di pabrik Hyundai Motor adalah satu-satunya yang bisa memasang peralatan dan mengajarkan teknologi sel baterai kepada karyawan,” ujar Tollison, sebagaimana dilansir Chosun Daily.
Juru bicara lembaga tersebut, Philip Lienert, menjelaskan para pekerja yang dirazia berada di AS hanya untuk sementara.
Baca juga: Kesaksian Pekerja Korsel Digerebek Petugas ICE: Tangan Diikat, Toilet Tanpa Penutup
"Mereka datang untuk memasang peralatan, memberikan dukungan, dan melatih staf. Mereka adalah teknisi terampil dengan keahlian profesional," papar Lienert.
Tollison menambahkan dirinya terkejut dengan skala operasi terhadap pekerja Korsel yang berada di lokasi tersebut.
"Saya tidak tahu sebelumnya. Para pekerja Korea yang datang untuk memasang peralatan baterai adalah orang-orang dengan bakat khusus. Saya memahami kekecewaan mereka. Kami sangat bergantung pada mereka," ujarnya.
Baca juga: Trump Bantah Takuti Investor Asing Pasca Razia Pekerja Korsel, Janji Sambut Ramah
Tollison juga mengungkapkan telah bertemu manajemen Hyundai Motor di Detroit bersama Sekretaris Pengembangan Ekonomi Georgia Pat Wilson.
"Mereka sangat terkejut dan terpukul. Kami menyatakan akan membantu Hyundai menyelesaikan proyek ini dan berdiskusi panjang tentang pemulangan pekerja Korea," papar Tollison.
Menurut Tollison, insiden ini hanyalah hambatan kecil.
"Saya yakin mereka akan segera kembali untuk mengejar jadwal proyek," tambahnya, tanpa menjelaskan detail upaya pengembalian.
Baca juga: Tak Terima Pekerjanya Dirazia AS, Korsel Akan Selidiki Dugaan Pelanggaran HAM
Kasus penggerebekan dan razia tersebut memunculkan dorongan untuk meninjau ulang sistem visa di AS.
Gubernur Georgia Brian Kemp dalam acara peletakan batu pertama pabrik mobil listrik Rivian pada Selasa (16/9/2025), menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem visa.
"Masalah ini bukan hanya milik Hyundai. Banyak perusahaan di seluruh negeri menghadapi persoalan serupa. Ada banyak kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan," kata Kemp.
Sementara itu, Kepala Kamar Dagang Georgia Chris Clark menilai reformasi visa sangat penting untuk pekerja dari Korea, Jepang, dan Jerman yang datang membangun pabrik.
"Perubahan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi tenaga kerja Georgia," ujarnya.
Baca juga: AS Menyesal Razia 300 Pekerja Korsel, Proyek Rp 70 T Mandek Usai Mereka Pilih Pulang
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini