Pada Februari 1929, Leon Trotsky diusir sepenuhnya dari Uni Soviet. Selama tujuh tahun berikutnya, ia tinggal di Turki, Perancis, dan Norwegia.
Trotsky terus menulis dan mengkritik Stalin dan pemerintah Uni Soviet. Selama periode 1930-an, Stalin melakukan pembersihan politik dan secara in-absentia menyebut Trotsky sebagai konspirator utama dan musuh rakyat.
Pada bulan Agustus 1936, 16 sekutu Trotsky didakwa membantu Trotsky dalam pengkhianatan. Kemudian, 16 orang tersebut dinyatakan bersalah dan dieksekusi.
Stalin kemudian berencana untuk membunuh Trotsky. Pada 1937, Trotsky pindah ke Meksiko, dan akhirnya menetap di Mexico City, di mana ia terus mengkritik kepemimpinan Soviet.
Pada bulan-bulan awal tahun 1940, kesehatan Trotsky memburuk. Trotsky sadar bahwa ia telah menjadi buruan.
Pada Februari 1940, ia menulis surat wasiat yang mengungkapkan pesan terakhirnya untuk generasi mendatang dan dengan tegas membantah tuduhan Stalin.
Pada 20 Agustus 1940, Trotsky sedang duduk di ruang kerjanya di Mexico City, ketika Ramon Mercader, seorang agen rahasia Uni Soviet, menyerang Trotsky dengan beliung.
Serangan Mercader menghantam tengkorak Trotsky. Ia pun dibawa ke rumah sakit, tetapi meninggal sehari kemudian, pada usia 60 tahun.
Selama beberapa dekade setelah kematiannya, Trotsky dilabeli secara negatif di Uni Soviet, akibat kebencian Stalin dan kendali totaliternya.
Namun, 10 tahun setelah runtuhnya pemerintahan Soviet, reputasi Trotsky secara resmi "direhabilitasi" oleh pemerintah Rusia.
Kiprahnya sebagai intelektual paling cemerlang dari Revolusi Komunis, pekerja yang tak kenal lelah, singa podium, serta pemimpin yang tegas dipulihkan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini