ROMA, KOMPAS.com - Puluhan ribu rakyat Italia turun ke jalan di berbagai kota pada Senin (22/9/2025) dalam aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina dan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Jalur Gaza.
Aksi yang disebut sebagai salah satu demonstrasi terbesar di Eropa itu membuat sekolah ditutup, perjalanan kereta terganggu, serta pelabuhan dan jalan utama diblokir.
Gelombang protes ini berlangsung ketika sejumlah negara Barat seperti Perancis, Belgia, dan Luksemburg mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS) pada Senin.
Sebelumnya, Inggris, Australia, Kanada, dan Portugal telah mendeklarasikan pengakuan pada Minggu (21/9/2025).
Italia sendiri hingga kini belum mau mengakui Palestina sebagai sebuah negara, sebagaimana dilansir The Guardian.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menilai pengakuan negara Palestina sebelum berdiri secara nyata bisa menjadi kontraproduktif.
"Jika sesuatu yang belum ada diakui di atas kertas, masalah bisa tampak selesai padahal tidak demikian," kata Meloni kepada harian La Repubblica pada akhir Juli.
Sejumlah serikat pekerja akar rumput menyerukan aksi mogok nasional 24 jam sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza.
Mereka menilai, pemerintah Italia dan Uni Eropa tidak bergerak cepat menghadapi krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dari Milan hingga Palermo, aksi demonstrasi terjadi di sedikitnya 75 kota di Italia.Â
Di Genoa dan Livorno, buruh pelabuhan memblokade akses kapal karena khawatir wilayah Italia dijadikan jalur transit pengiriman senjata ke Israel.
Di Roma, lebih dari 20.000 orang berkumpul di depan Stasiun Termini sambil mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan "Free Palestine" atau "Palestina Merdeka".
Michelangelo (17), salah satu demonstran, mengatakan bahwa dia hadir untuk mendukung warga Palestina.Â
"Saya datang untuk mendukung sebuah populasi yang sedang dimusnahkan," ujarnya kepada AFP.
Kerusuhan
Di Milan, organisator aksi menyebut sekitar 50.000 orang mengikuti demonstrasi. Sementara polisi Bologna memperkirakan massa yang turun ada lebih dari 10.000 orang.
Ketegangan meningkat ketika puluhan demonstran berpakaian hitam mencoba merusak pintu masuk Stasiun Pusat Milan.Â
Mereka melemparkan bom asap, botol, dan batu ke arah polisi. Aparat menanggapi dengan semprotan merica.
Di Bologna, polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan massa yang memblokade jalan utama.
Kantor berita Italia ANSA melaporkan, lebih dari 10 orang ditangkap di Milan, sementara sekitar 60 polisi mengalami luka memar atau cedera serius.
Meloni mengecam kericuhan tersebut.Â
"Kekerasan dan perusakan tidak ada kaitannya dengan solidaritas, dan tidak akan mengubah apapun dalam kehidupan rakyat Gaza," tulisnya di media sosial.
Meski sering menyuarakan keprihatinan atas serangan Israel, pemerintahan Meloni masih mengambil sikap hati-hati.Â
Pemerintahan berhaluan kanan jauh ini juga berupaya menjaga hubungan dekat dengan pemerintahan Donald Trump di AS.
https://www.kompas.com/global/read/2025/09/23/135124370/pemerintah-italia-belum-akui-palestina-puluhan-ribu-rakyat-demo