KATHMANDU, KOMPAS.com - Pemerintah sementara Nepal yang dipimpin mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki membentuk panel untuk menyelidiki kekerasan dalam demo yang menyebabkan korban tewas sebanyak 74 orang.
Menurut laporan Reuters, Senin (22/9/2025),tim khusus tersebut akan bekerja selama tiga bulan.
Rameshwore Khanal selaku menteri keuangan dalam pemerintahan sementara Nepal mengatakan panel akan beranggotakan tiga orang, yang dipimpin oleh pensiunan hakim Gauri Bahadur Karki.
Baca juga: [UNIK GLOBAL] Penerbangan Terlama di Dunia | Gen Z Nepal Bersihkan Jalan
“Itu akan menyelidiki...hilangnya nyawa dan harta benda selama protes, pelanggaran oleh kedua belah pihak, serta orang-orang yang terlibat dalam aksi pembakaran dan perusakan selama gerakan tersebut,” ujar Khanal.
Dalam unggahan di media sosial, mantan Perdana Menteri Nepal Oli membantah bahwa pemerintahannya memerintahkan polisi untuk menembaki massa.
Menurutnya, aksi protes disusupi pihak luar dan aparat tidak memiliki jenis senjata yang digunakan untuk menembaki pengunjuk rasa.
Oli juga menuntut penyelidikan atas kekerasan yang terjadi.
Baca juga: Usai Kerusuhan, Ribuan Napi Nepal yang Kabur Pilih Balik ke Penjara
Demo Nepal bermula dari gerakan Generasi Z (Gen Z) yang menentang korupsi meluas dan minimnya lapangan kerja.
Namun, aksi itu berubah menjadi kekerasan paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir di negara Himalaya itu.
Ada 74 orang tewas dan lebih dari 2.100 orang luka-luka.
Massa juga membakar kompleks gedung utama yang menaungi kantor perdana menteri, Mahkamah Agung, dan gedung parlemen.
Baca juga: Demo Besar Tewaskan 73 Orang, Nepal Umumkan Hari Berkabung Nasional
Sejumlah pusat perbelanjaan, hotel mewah, hingga showroom yang dianggap terkait politisi korup ikut menjadi sasaran amuk massa.
Demo Nepal itu akhirnya memaksa Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli mengundurkan diri.
Kini, Sushila Karki memimpin pemerintahan sementara Nepal.
Ia dikenal sebagai mantan ketua pengadilan khusus yang menangani kasus korupsi. Ia memiliki reputasi jujur dan berintegritas.
Baca juga: Demo Nepal Berakhir: Banyak yang Hancur Sia-sia, Kerugian Ditaksir Rp 2,9 Triliun
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini