Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian: Teh dan Kopi Panas Bisa Mengandung Partikel Mikroplastik

Kompas.com - 23/09/2025, 07:31 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Teh atau kopi panas di pagi hari mungkin terasa menenangkan, tapi tahukah kamu bahwa minuman tersebut bisa mengandung partikel mikroplastik yang tak terlihat oleh mata telanjang? Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa minuman sehari-hari—khususnya teh dan kopi panas—mengandung konsentrasi mikroplastik tertinggi dibandingkan jenis minuman lainnya.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran sangat kecil, kurang dari lima milimeter—bahkan bisa sekecil biji wijen atau lebih kecil lagi. Mereka terbentuk ketika plastik besar seperti botol atau kantong terurai akibat paparan sinar matahari, gesekan, atau proses alami lainnya. Sebagian mikroplastik bahkan sengaja diproduksi, seperti microbeads dalam pasta gigi dan produk perawatan wajah.

Karena plastik sulit terurai secara alami, mikroplastik bisa bertahan selama puluhan hingga ratusan tahun, menyebar melalui tanah, sungai, dan laut. Kini, mereka juga telah ditemukan dalam darah manusia, jaringan otak, bahkan testis pria. Ilmuwan memperkirakan partikel ini bisa membawa bahan kimia beracun dan mengganggu fungsi sel.

“Kami menemukan keberadaan mikroplastik di semua jenis minuman panas dan dingin yang kami uji,” ujar Mohamed Abou-Elwafa Abdallah, ilmuwan dari University of Birmingham.

Baca juga: Plastik Masuk Jaringan Sayuran: Ancaman Baru bagi Keamanan Pangan

Penelitian Minuman Sehari-hari

Dalam studi yang dipublikasikan di Science of The Total Environment, para peneliti menganalisis 155 sampel dari 31 jenis minuman yang dibeli di toko dan kafe di Inggris. Menggunakan metode micro FT-IR imaging, mereka menghitung jumlah partikel plastik sintetis berukuran di atas 10 mikrometer.

Hasilnya mencengangkan:

  • Teh panas: rata-rata 60 partikel mikroplastik per liter
  • Kopi panas: sekitar 43 partikel per liter
  • Es teh: 31 partikel per liter
  • Es kopi: 37 partikel per liter

Minuman lain seperti jus, minuman energi, dan minuman ringan menunjukkan konsentrasi yang lebih rendah.

Mayoritas partikel yang ditemukan berbentuk fragmen, bukan serat, yang menunjukkan bahwa partikel ini kemungkinan besar berasal dari kemasan dan peralatan pemrosesan, bukan dari bahan alami.

“Suhu tinggi meningkatkan pelepasan mikroplastik dari kemasan ke dalam minuman,” jelas peneliti Al-Mansoori.

Baca juga: Limbah Plastik Menjajah Dunia, Apa Dampaknya?

Kemasan Jadi Sumber Utama Kontaminasi

Studi ini menyoroti pentingnya jenis wadah yang digunakan. Gelas kertas sekali pakai yang dilapisi plastik serta tutup plastik terbukti menyumbang partikel plastik ke dalam minuman.

Empat jenis polimer sintetis yang paling sering ditemukan adalah:

  • Polipropilena (PP)
  • Polistirena (PS)
  • Polietilena tereftalat (PET)
  • Polietilena (PE)

Semua jenis ini umum digunakan dalam kemasan makanan dan minuman, mulai dari lapisan gelas, tutup, botol, hingga segel.

Ukuran partikel berkisar antara 10 hingga 157 mikrometer. Namun, ukuran ini hanyalah batas deteksi alat. Para ilmuwan menduga jumlah partikel sebenarnya jauh lebih banyak, termasuk partikel berukuran nano yang belum bisa terdeteksi.

Baca juga: Cara Sederhana Menghilangkan Mikroplastik dari Air Minum

Bahaya Kesehatan yang Masih Terus Dikaji

Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat ditemukan dalam darah manusia, dengan konsentrasi sekitar 1,6 mikrogram per mililiter. Penelitian autopsi bahkan menemukan partikel plastik dalam jaringan otak manusia, dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan organ seperti hati dan ginjal. Menariknya, sampel tahun 2024 menunjukkan kadar yang 50% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016.

Penemuan mikroplastik di testis manusia juga menimbulkan pertanyaan serius mengenai dampaknya terhadap kesuburan dan kesehatan reproduksi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau