TEL AVIV, KOMPAS.com – Pemerintah Israel kembali melontarkan ancaman aneksasi Tepi Barat sebagai respons atas rencana sejumlah negara Barat yang akan mengakui Palestina dalam Sidang Umum PBB pekan ini.
Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, tindakan militer dan kekerasan Israel di Tepi Barat semakin meningkat.
Kini, Tel Aviv menegaskan bahwa mereka bisa melangkah lebih jauh dengan mencaplok wilayah tersebut untuk menekan negara-negara yang berencana memberi pengakuan resmi terhadap Palestina.
Baca juga: 4 Isu Penting di Sidang Umum PBB, dari Pertemuan Trump–Albanese hingga Pengakuan Palestina
Meski dikenal sebagai sekutu dekat Israel, Amerika Serikat tidak secara terbuka menentang rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyampaikan, Washington telah memperingatkan sejumlah pemerintah Eropa dan negara lain mengenai dampak dari pengakuan Palestina.
“Negara-negara itu dapat menghadapi respons keras dari pemerintahan Netanyahu,” ujar Rubio, dikutip dari Anadolu Agency pada Minggu (21/9/2025).
Namun, Rubio juga menegaskan bahwa AS tidak akan mengambil langkah langsung untuk mencegah potensi aneksasi Tepi Barat oleh Israel.
Menurutnya, pengakuan Palestina oleh negara-negara Eropa justru akan semakin mempersulit tercapainya kesepakatan damai di Gaza.
Sejak deklarasi kemerdekaan pada 15 November 1988, Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel telah diakui oleh 147 dari 193 negara anggota PBB.
Dengan adanya pengumuman terbaru, jumlah itu diperkirakan bertambah menjadi 157 negara. Inggris, Kanada, dan Australia sudah mengumumkan pengakuan mereka terhadap Palestina pada Minggu (21/9/2025).
Langkah tersebut dipandang sebagai titik balik penting dalam dinamika internasional, khususnya karena ketiga negara tersebut selama ini dikenal memiliki kedekatan dengan sekutu utama Israel, Amerika Serikat.
Baca juga: Apa Arti Pengakuan Negara Palestina, Simbolis atau Nyata di Lapangan?
Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar di New York pada Senin (22/9/2025) menjadi panggung penting bagi isu pengakuan negara Palestina.
Para pemimpin dunia akan berkumpul tidak hanya untuk menghadiri sidang, tetapi juga berpartisipasi dalam konferensi internasional mengenai penyelesaian damai konflik Palestina-Israel serta upaya implementasi solusi dua negara.
Pengakuan resmi terhadap Palestina juga dijadwalkan diumumkan oleh beberapa negara Eropa lain, antara lain Perancis, Belgia, Luksemburg, Malta, Portugal, Andorra, dan San Marino.
Pengakuan beruntun dari negara-negara Barat tersebut menambah tekanan internasional terhadap Israel yang terus dikritik atas operasi militernya di Gaza dan kebijakan pendudukannya di Tepi Barat.
Namun, Netanyahu selama ini tetap bersikap menantang. Dengan mengancam aneksasi, ia berusaha menunjukkan bahwa setiap pengakuan terhadap Palestina tidak akan mengubah fakta di lapangan, di mana Israel masih mengendalikan wilayah strategis Tepi Barat.
Baca juga: Meski RS Al Shifa Rata dengan Puing, Dokter Gaza Terus Layani Pasien
Langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi Israel untuk mempertahankan status quo dan menekan kemungkinan terciptanya momentum diplomasi baru bagi Palestina di kancah internasional.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini