Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis Godok UU Larangan Berhijab di Semua Kompetisi Olahraga, Atlet Muslim Protes

Kompas.com - 04/04/2025, 11:44 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Pemerintah Perancis tengah menggodok undang-undang baru yang akan melarang penggunaan hijab dalam semua kompetisi olahraga domestik.

Kebijakan ini menuai protes dari para atlet Muslim, yang merasa hak mereka untuk berolahraga semakin dibatasi.  

Sylvie Eberena (44), seorang atlet angkat besi berhijab yang pernah menjadi juara nasional di kategori amatir tahun lalu, menyayangkan aturan tersebut.

Baca juga: Perancis Cari Solusi Atlet Muslimnya Bisa Kenakan Hijab di Pembukaan Olimpiade

Wanita yang menjadi mualaf pada usia 19 tahun ini merasa hijabnya tidak pernah menjadi masalah dalam dunia angkat besi.

Namun kini, ia khawatir tidak lagi bisa bertanding jika aturan baru tersebut disahkan.  

"Rasanya seperti kebebasan kami terus dikurangi sedikit demi sedikit," ujar Eberena.

"Kami hanya ingin berolahraga,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Samia Bouljedri, seorang pemain sepak bola, yang mengaku bahwa klubnya sering diminta membayar denda setiap kali dirinya turun ke lapangan.

Akhirnya, Bouljedri diberi dua pilihan, yaitu melepas hijab atau keluar dari tim.  

"Mereka menghancurkan kebahagiaanku begitu saja, hanya karena selembar kain," kata Bouljedri, yang akhirnya memilih berhenti bermain.  

Sebagaimana diberitakan AFP, Jumat (4/4/2025), Perancis telah melarang penggunaan simbol-simbol agama, termasuk salib Kristen, kippah Yahudi, turban Sikh, dan hijab Muslim, pada pegawai negeri, guru, siswa, dan atlet yang mewakili Perancis di kompetisi internasional.

Namun, aturan dalam kompetisi domestik sebelumnya diserahkan kepada federasi olahraga masing-masing.  

Baca juga: Debat Sengit Pilpres Perancis: Le Pen Kekeh Larang Hijab, Macron Bawa Isu Rusia

Kini, pemerintah ingin memberlakukan larangan hijab secara menyeluruh untuk semua kompetisi olahraga, baik amatir maupun profesional.

Pendukung kebijakan ini mengeklaim aturan tersebut akan menyatukan regulasi yang selama ini membingungkan, memperkuat sekularisme, dan menangkal ekstremisme.

Menteri Kehakiman Gerald Darmanin menambahkan, jika pemerintah tidak membela sekularisme, maka mereka justru akan memberi peluang bagi kelompok sayap kanan.  

Sebaliknya, penentang kebijakan ini mengatakan bahwa larangan berhijab bagi atlet hanya akan semakin mendiskriminasi perempuan Muslim yang ingin berolahraga.  

Menteri Olahraga Perancis, Marie Barsacq, bulan lalu memperingatkan agar publik tidak mengaitkan hijab dengan radikalisasi dalam olahraga.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengkritik aturan itu dan menyebutnya sebagai tindakan yang tidak proporsional dan diskriminatif.  

Kendati demikian, RUU tersebut akan dibahas di majelis rendah parlemen Perancis setelah lolos di Senat pada Februari lalu.

Baca juga: Arab Saudi Cabut Aturan Wajib Hijab, Kenapa Banyak Wanita Pilih Potong Rambut Pendek Gaya “Boy”

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Dari 1988-2025, Begini Sejarah Panjang Pengakuan Negara Palestina
Dari 1988-2025, Begini Sejarah Panjang Pengakuan Negara Palestina
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau