TEL AVIV, KOMPAS.com - Dari musik, film, hingga penerbitan, semakin banyak artis Barat menyerukan boikot Israel terkait perang di Gaza.
Seruan ini digalakkan dengan harapan meniru keberhasilan blokade budaya pada era apartheid Afrika Selatan, sebagaimana yang dilansir dari AFP pada Sabtu (20/9/2025).
Ketika sebagian besar pemerintah Barat enggan menjatuhkan sanksi ekonomi, sejumlah musisi, aktor, dan penulis menilai boikot budaya dapat menjadi tekanan publik yang efektif.
Baca juga: Tunggu Restu Kongres, Trump Jual Senjata AS Rp 106,4 Triliun ke Israel
Aktor Inggris Khalid Abdalla, yang dikenal lewat The Kite Runner dan The Crown, mengatakan dirinya bertekad untuk melakukan boikot produk budaya Israel.
“Tidak ada keraguan sedikit pun dalam pikiran saya bahwa, secara global, kita berada di titik balik,” ujarnya kepada AFP setelah menandatangani petisi yang menyerukan boikot terhadap beberapa lembaga perfilman Israel.
Surat terbuka dari Film Workers for Palestine telah mengumpulkan ribuan tanda tangan, termasuk aktris Emma Stone dan aktor Joaquin Phoenix.
Mereka berjanji memutus hubungan dengan lembaga Israel yang dianggap “terlibat dalam genosida”.
“Pelongsoran itu sedang terjadi sekarang, dan mencakup banyak bidang. Tidak hanya di dunia pekerja film,” tambah Abdalla.
Di ajang Emmy Awards, sejumlah pemenang seperti Javier Bardem hingga Hannah Einbinder menyuarakan solidaritas untuk Gaza. Seruan serupa juga terdengar di Venice Film Festival.
Grup musik Inggris, Massive Attack, mengumumkan bergabung dengan “No Music for Genocide” untuk memblokir streaming lagu mereka di Israel.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Tentara Israel Tewas Ditembak | AS 6 Kali Veto DK PBB
Israel juga menghadapi kemungkinan boikot di ajang Eurovision, ketika sejumlah penulis menandatangani surat terbuka.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez bahkan mendorong pemblokiran Israel dari kompetisi olahraga.
Konduktor Israel Ilan Volkov menyatakan tidak akan lagi tampil di negaranya sendiri.
Sementara itu, sejumlah seniman di Israel khawatir dampak boikot justru memperlemah komunitas seni yang menentang perang.
Penulis skenario Israel, Hagai Levi, mengatakan mayoritas pekerja seni di negaranya tidak mendukung operasi militer.