Seusai wisuda, Kasim tidak tinggal diam. Ia kembali lagi ke Waimital untuk melanjutkan pengabdiannya.
Beberapa tahun kemudian, ia menerima tawaran menjadi dosen di Universitas Syiah Kuala, Aceh, hingga pensiun pada 1994.
Hingga kini, Waimital dikenal sebagai salah satu sentra pertanian hortikultura penting di Maluku, jejak nyata dari dedikasi Kasim membangun desa.
Kisah luar biasa Kasim diabadikan dalam buku “Seorang Lelaki di Waimital” karya Hanna Rambe yang terbit pada 1983.
Sastrawan besar Taufiq Ismail bahkan mendedikasikan puisi berjudul Lelaki yang Hilang untuk sahabatnya.
Berikut penggalan puisinya:
Dari pulau itu, dia telah pulang
Dia yang dikabarkan hilang
Lima belas tahun lamanya
Di Waimital Kasim mencetak harapan
Di kota kita mencetak keluhan
(Aku jadi ingat masa kita diplonco
Dua puluh dua tahun yang lalu)
Dan kemarin, di tepi kali Ciliwung aku berkaca
Kulihat mukaku yang keruh dan leherku yang berdasi