Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perketat Imigrasi, Trump Akan Kenai Biaya Visa H-1B Rp 1,6 Miliar

Kompas.com - 20/09/2025, 10:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNA

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan biaya aplikasi baru untuk visa H-1B sebesar 100.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,6 miliar.

Kebijakan ini menjadi bagian dari pengetatan aturan imigrasi yang lebih luas, seperti yang dilansir dari CNA pada Sabtu (20/9/2025).

Laporan Bloomberg pada Jumat (19/9/2025) menyebutkan Trump dapat menandatangani keputusan pembatasan visa H-1B paling cepat akhir pekan ini.

Baca juga: Korsel Heran Pekerjanya Dirazia AS meski Punya Visa Bisnis dan ESTA

Langkah tersebut diperkirakan akan membatasi masuknya pekerja asing melalui program H-1B, kecuali biaya visa dibayarkan.

Selain itu, Trump juga berencana menaikkan tingkat upah minimum yang diwajibkan bagi pemegang visa H-1B.

Dampak terhadap sektor teknologi

Visa kerja H-1B selama ini banyak digunakan perusahaan teknologi untuk mengisi peran teknis khusus.

Menurut data US Citizenship and Immigration Services, Amazon memperoleh lebih dari 10.000 persetujuan visa H-1B pada 2025.

Microsoft dan Meta Platforms masing-masing mendapat lebih dari 5.000 persetujuan.

Keputusan Trump itu langsung berdampak pada pasar saham.

Saham Cognizant Technology Solutions, perusahaan jasa teknologi yang sangat bergantung pada tenaga kerja H-1B, tercatat turun lebih dari 5 persen pada Jumat (19/9/2025).

Baca juga: AS Tangguhkan Hampir Semua Visa Orang Pemegang Paspor Palestina

Kritik atas penggunaan H-1B

Program H-1B menuai kritik, terutama dari pekerja teknologi lokal di AS.

Mereka menilai perusahaan memanfaatkan pekerja asing pemegang visa H-1B untuk menekan upah dan mengabaikan kandidat lokal.

Visa ini berlaku antara tiga hingga enam tahun untuk pekerja di bidang spesialisasi, biasanya teknologi.

Pekerjaan yang umum diisi antara lain insinyur perangkat lunak, manajer program, hingga profesional TI lainnya.

India sejauh ini menjadi penerima manfaat terbesar dari visa kerja H-1B dengan mencatat 71 persen dari total persetujuan tahun lalu.

China berada di posisi kedua dengan 11,7 persen, menurut data pemerintah AS.

Baca juga: Bahasa Inggris Jadi Syarat Visa di Australia, Harus Tes Rp 4 Juta

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau