Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Gelombang Panas Makin Ganas, Tewaskan 16.500 Warga Eropa

Kompas.com - 17/09/2025, 14:36 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com – Para ilmuwan memperkirakan, sekitar 16.500 kematian di kota-kota Eropa pada musim panas tahun ini terkait dengan kenaikan suhu yang dipicu perubahan iklim akibat ulah manusia.

Perkiraan tersebut disampaikan dalam studi terbaru yang dirilis Rabu (17/9/2025), menggunakan pemodelan iklim untuk memperkirakan jumlah korban sebelum data resmi dirilis pemerintah.

Tim peneliti berasal dari Imperial College London dan London School of Hygiene & Tropical Medicine. Mereka melakukan penelitian menggunakan data 854 kota di Eropa. 

Baca juga: Kredit Karbon di Eropa: Solusi atau Penipuan Berkedok Iklim?

Studi cepat ini menjadi upaya terkini para peneliti iklim dan kesehatan untuk mengaitkan langsung gelombang panas dengan pemanasan global.

Penelitian tersebut dirilis sebelum dilakukan peer-reviewed yang biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan, sebagaimana dilansir AFP.

Jumlah kematian itu tidak tercatat secara langsung di rumah sakit, melainkan hasil proyeksi berbasis model ilmiah. 

Dalam catatan medis, penyebab kematian saat gelombang panas biasanya tercatat sebagai gangguan jantung, pernapasan, atau masalah kesehatan lain, terutama pada lansia.

Baca juga: Parahnya Dampak Perubahan Iklim: Hujan Banjir di India, Panas Membara di Jepang

Suhu naik 2,2 derajat celsius

Temuan dari studi tersebut menemukan bahwa suhu musim panas di Eropa, antara Juni hingga Agustus, rata-rata meningkat 2,2 derajat celsius akibat pemanasan global.

Dengan merujuk pada data historis tentang keterkaitan suhu ekstrem dan tingkat kematian, para ilmuwan memperkirakan ada sekitar 24.400 ekses kematian (excess deaths) di kota-kota Eropa pada periode tersebut.

Dari jumlah itu, hampir 70 persen atau sekitar 16.500 kematian diproyeksikan terjadi akibat perubahan iklim. 

"Artinya, perubahan iklim dapat melipatgandakan jumlah kematian akibat panas pada musim panas ini," demikian pernyataan peneliti.

Baca juga: Pemandangan Desa di Swiss yang Terkubur Longsor Gletser akibat Perubahan Iklim

Studi ini melanjutkan temuan sebelumnya yang menggunakan metode serupa untuk satu gelombang panas di Eropa pada akhir Juni lalu.

Para peneliti mengatakan, mereka belum dapat membandingkan hasil proyeksi ini dengan data resmi karena sebagian besar negara Eropa baru merilis angka ekses kematian setelah berbulan-bulan.

"Tidak mungkin mendapatkan statistik secara real-time saat ini. Namun, perkiraan ini sudah berada di kisaran yang tepat," kata Friederike Otto, salah satu penulis studi, dalam konferensi pers.

Hasil proyeksi tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya, termasuk studi yang diterbitkan di Nature Medicine yang mencatat lebih dari 47.000 kematian terkait panas di Eropa pada musim panas 2023.

Baca juga: Peningkatan Suhu Global dan Perubahan Iklim Picu Risiko Komplikasi Kehamilan

Halaman:

Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau