Perancis menjadi tuan rumah bersama pertemuan itu dengan Arab Saudi. Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menyerukan agar semua negara mengikuti langkah mengakui Palestina.
Sejumlah negara besar, seperti Jerman, Italia, dan Jepang, tetap menolak pengakuan dengan alasan solusi dua negara harus dicapai melalui negosiasi.
“Solusi dua negara yang dinegosiasikan adalah jalan yang memungkinkan warga Israel dan Palestina hidup dalam damai, aman, dan bermartabat,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul.
Inggris menyatakan dapat menarik kembali pengakuannya jika Israel setuju melakukan gencatan senjata di Gaza.
Di sisi lain, Israel justru mengintensifkan operasi militernya di Jalur Gaza. Data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyebutkan lebih dari 65.000 warga Palestina tewas sejak perang pecah. Angka ini dianggap dapat diandalkan oleh PBB.
International Crisis Group menilai pengakuan Palestina berisiko hanya bersifat simbolis jika tidak disertai langkah konkret.
Baca juga: Demo di Italia Ricuh, Massa Pro-Palestina Bentrok dengan Polisi, Pelabuhan Diblokir
“Kecuali didukung oleh tindakan nyata, pengakuan Palestina sebagai negara berisiko mengalihkan perhatian dari kenyataan, yaitu semakin terhapusnya kehidupan Palestina di tanah air mereka,” kata Max Rodenbeck, Direktur Proyek Israel-Palestina lembaga tersebut.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini