Profil M Qodari, Petinggi Istana Jadi Komisaris Pertamina Hulu Energi

KOMPAS.com - Wakil Kepala Staf Kepresidenan RI Muhammad Qodari ditunjuk menjadi Komisaris Pertamina Hulu Energi, subholding upstream PT Pertamina (Persero).

Nama Qodari masuk jajaran komisaris setelah Pertamina Hulu Energi menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) beberapa waktu yang lalu.

Selain Qodari, RUPS Pertamina Hulu Energi juga menyepakati pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny Januar Ali sebagai komisaris utama dan Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi Stella Christie sebagai komisaris.

Qodari menjadi nama pejabat kesekian yang ditunjuk petinggi badan usaha milik negara (BUMN).

Ia menyusul beberapa nama yang sudah menjadi komisaris BUMN, seperti Yovie Widianto sebagai Komisaris PT Pupuk Indonesia dan Giring Ganesha Komisaris Independen di PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI).

Yovie saat ini menjabat sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi Kreatif, sementara Giring adalah Wakil Menteri Kebudayaan.

Berikut profil M Qodari.

Baca juga: Profil Cak Lontong yang Ditunjuk Menjadi Komisaris Ancol

Profil M Qodari

Dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, Qodari lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada 15 Oktober 1973.

Sebagai Komisaris Pertamina Hulu Energi yang baru, Qodari memiliki latar belakang pendidikan di sejumlah perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.

Ia pernah menempuh pendidikan sarjana atau S-1 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1992.

Qodari kemudian berkarier sebagai peneliti setelah mendapatkan gelar sarjana pada 1997.

Baca juga: Profil Iwan Bule, Mantan Ketum PSSI yang Kini Jadi Komisaris Utama Pertamina

Setelah itu, ia berkarier di Institut Studi Arus Informasi (ISAI) selama tiga tahun sejak 1999.

Qodari memutuskan melanjutkan studi ke jenjang magister atau S-2 di University of Essex pada 2001.

Ia banyak mempelajari bidang political behaviour sebagai kajian strategis psikologi sosial di universitas tersebut.

Qodari lulus dari University of Essex pada 2002 dan memutuskan pulang ke Indonesia untuk berkarier sebagai peneliti di Centre For Strategic and International Studies (CSIS).