Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
WT. Daniealdi
Dosen UNIKOM Bandung

Pemerhati masalah politik, pertahanan-keamanan, dan hubungan internasional. Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Resolusi PBB, Solusi Dua Negara, dan Ilusi Perdamaian di Gaza

Kompas.com - 16/09/2025, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MAJELIS Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (12/9/2025), kembali mengukuhkan posisi mayoritas dunia terhadap isu Palestina.

Dengan 142 suara setuju, 10 menolak, dan 12 abstain, resolusi tidak mengikat itu mendukung Deklarasi New York mengenai solusi dua negara dan pengakuan atas negara Palestina.

Resolusi tersebut lahir di tengah krisis kemanusiaan Gaza yang telah berlangsung nyaris dua tahun dan menewaskan lebih dari 65.000 orang.

Di atas kertas, langkah ini menandai kemenangan diplomatik bagi perjuangan Palestina. Namun, pada praktiknya, resolusi ini memperlihatkan jurang besar antara norma internasional dan realitas politik kekuasaan.

Peta dukungan dan penolakan

Data suara di Majelis Umum memperlihatkan tren yang konsisten, di mana dunia mayoritas mendukung hak rakyat Palestina untuk merdeka. Dari 193 anggota PBB, 142 negara berdiri di barisan pengakuan Palestina.

Dukungan lintas kawasan, termasuk negara-negara Eropa Barat, Amerika Latin, Asia, dan Afrika, menunjukkan bahwa legitimasi internasional terhadap Israel semakin terkikis.

Baca juga: Politik Layar Lebar, Jarak dengan Rakyat Kian Melebar

Hanya sepuluh negara yang menolak resolusi, dengan Amerika Serikat dan Israel sebagai poros utama, didukung oleh negara-negara kecil Pasifik serta beberapa sekutu tradisional Washington.

Penolakan ini penting dicatat, ia mencerminkan isolasi politik Israel dan AS dalam forum internasional, sekaligus memperlihatkan betapa rapuhnya klaim mereka tentang "komunitas internasional".

Di sisi lain, suara abstain dari 12 negara menunjukkan masih adanya kalkulasi politik. Bagi sebagian negara, abstain adalah jalan tengah untuk menghindari konfrontasi langsung dengan Washington dan Tel Aviv, sembari tetap menjaga citra pro-HAM di mata publik domestik.

Dengan demikian, konfigurasi voting ini tidak hanya soal dukungan simbolik, melainkan juga cerminan dinamika geopolitik global.

Isi resolusi dan paradoks di dalamnya

Resolusi Majelis Umum PBB mengandung sejumlah poin penting, yakni dukungan atas pengakuan negara Palestina, proyeksi solusi dua negara sesuai Deklarasi New York, kutukan terhadap serangan Hamas 7 Oktober 2023, kecaman atas agresi Israel di Gaza, hingga usulan agar Otoritas Palestina memegang kendali penuh atas wilayah Palestina.

Selain itu, resolusi juga membuka ruang bagi pembentukan misi perlindungan sipil di bawah PBB.

Namun, resolusi ini sarat paradoks. Pertama, ia mengutuk Hamas sekaligus menuntut organisasi itu menyerahkan senjata kepada Otoritas Palestina.

Padahal, realitas di lapangan menunjukkan bahwa Hamas, meskipun kontroversial, masih menjadi kekuatan dominan di Gaza.

Usulan agar Otoritas Palestina mengambil alih kendali penuh seakan mengabaikan kompleksitas politik internal Palestina, termasuk persoalan legitimasi Fatah di Tepi Barat yang semakin tergerus.

Halaman:

Terkini Lainnya
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Simpan 4 Jasad Bayinya di Rumah Kontrakan, Ibu AS Ditangkap Polisi
Global
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Ketika Padel Redup di Swedia, tapi Malah Meledak di Indonesia...
Global
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Dimotori Gen Z, Berikut 5 Fakta Demo di Peru
Global
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Trump Akan Temui Pemimpin Negara Mayoritas Muslim di Forum PBB Bahas Pascaperang di Gaza
Global
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Usai Akui Palestina, Negara Barat Tawarkan Bantuan untuk Pasien Gaza
Global
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Mikrofon Prabowo Tiba-tiba Mati Saat Pidato di Sidang PBB, Kemlu RI Beri Klarifikasi
Global
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti 'America First'
Trump Siap Berpidato di Sidang Umum PBB, Dunia Soroti "America First"
Global
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Erdogan Ingin Beli Ratusan Boeing dan Jet Tempur AS, tapi Minta Komponen Diproduksi di Turkiye
Global
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Pemerintah Italia Belum Akui Palestina, Puluhan Ribu Rakyat Demo
Global
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Negara Dekat RI Diterjang Topan Dahsyat Ragasa, Ancaman Menjalar hingga ke China
Global
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Bagaimana Masa Depan Palestina Usai Diakui Jadi Sebuah Negara?
Global
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Eks Presiden Filipina Duterte Didakwa atas Kejahatan Kemanusiaan dalam Perang Narkoba
Global
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Global
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Ini Negara yang Mengakui Palestina dan yang Masih Menolak
Global
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Skandal Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee Seret Pimpinan Gereja Unifikasi
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau