KOMPAS.com – Rusia dan Ukraina kembali saling menuduh atas serangan mematikan yang terjadi semalam di dua wilayah berbeda.
Kepala pemerintahan pro-Kremlin di Crimea, Sergey Aksyonov, menyalahkan Ukraina atas serangan pesawat nirawak (drone) yang menghantam kota resor Foros pada Senin (22/9/2025).
Menurut Aksyonov, serangan tersebut merusak lahan sebuah sanatorium dan gedung sekolah. Ia menyebut tiga orang tewas dan 16 lainnya luka-luka.
Baca juga: Serangan Drone Ukraina Tewaskan 4 Orang di Rusia, Balasan atas Gempuran Moskwa
“Menurut data terbaru, tiga orang tewas dan 16 orang luka-luka akibat serangan pesawat nirawak tersebut,” kata Aksyonov di Telegram.
Pecahan drone juga dilaporkan memicu kebakaran di dekat kota pesisir Yalta, imbas perang Rusia-Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut peristiwa itu sebagai “serangan teroris”. Moskwa sebelumnya melaporkan dua korban tewas sebelum jumlahnya direvisi.
Di sisi lain, Kyiv menuduh Rusia melancarkan 46 serangan udara hingga Minggu (21/9/2025) malam. Serangan itu menghantam wilayah Zaporizhzhia di Ukraina selatan.
Administrasi militer regional melaporkan, tiga orang tewas dan dua lainnya luka-luka, salah satunya dalam kondisi serius.
“Pasukan Rusia telah menjatuhkan setidaknya lima bom di kota itu,” ujar Ivan Fedorov, kepala administrasi militer regional Zaporizhzhia, dikutip dari AFP.
Baca juga: Pengakuan Palestina Meluas, Israel Balas Ancam Aneksasi Tepi Barat
Diketahui, Crimea menjadi titik panas dalam konflik kedua negara sejak dicaplok Rusia pada 2014.
Moskwa bersikeras wilayah itu sah menjadi bagian dari Rusia, tetapi Ukraina dan negara-negara Barat menolak pengakuan tersebut.
Pasukan Ukraina kerap melancarkan serangan di wilayah yang dijaga ketat itu, termasuk di Jembatan Crimea yang menghubungkannya dengan daratan Rusia.
Presiden AS Donald Trump, setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu menyatakan, Ukraina tidak akan dapat merebut kembali Crimea dalam kesepakatan damai yang sedang dinegosiasikan.
Baca juga: 4 Isu Penting di Sidang Umum PBB, dari Pertemuan Trump–Albanese hingga Pengakuan Palestina
Namun, upaya diplomasi tersebut hingga kini belum menghasilkan kemajuan berarti. Proses menuju gencatan senjata pun terhenti, meskipun Trump juga sempat mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini