Â
KOMPAS.com - Golongan muda mempunyai peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Sejumlah tokoh pemuda mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia usai Jepang tunduk dari Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Awalnya, Sutan Syahrir telah mengusulkan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Namun, usulan itu ditolak.
Dikutip dari buku Tokoh-tokoh Penting Detik Detik Proklamasi (2019), Soekarno menolak usulan Syahrir karena menurutnya tugas tersebut merupakan wewenang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Lembaga itu dibentuk oleh Jepang pada 7 Agustus 1945 untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Kisah Achmad Soebardjo, Ketiduran dan Lewatkan Proklamasi Kemerdekaan
Sejumlah tokoh pemuda kemudian mengadakan rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh pada 15 Agustus 1945 sore.
Rapat itu dihadiri para pemuda seperti Soebadio, Soebianto, Aidit, Lukman, Djohan Noer, Adam Malik, Armansyah, Soekarni, Wikana, Eri Soedewo, Syarif Wahidin Nasution, Nasrun, Syatif Thayeb, Karimoedin, dan Darwis.
Dalam rapat itu para pemuda sepakat untuk mendatangi Soekarno dan Hatta seperti yang sebelumnya dilakukan Syahrir.
Saat itu, Wikana dan Darwis mendapat tugas untuk menemui Soekarno, sedangkan Soebandio dan Soebianto bertemu Hatta.
Namun, upaya itu gagal. Soekarno dan Hatta enggan mengikuti kehendak golongan muda. Penolakan tidak membuat golongan muda habis akal. Mereka kembali melakukan pertemuan di gedung Jalan Menteng Raya 31 pada 15 Agustus 1945 malam.
Baca juga: Mengapa Tan Malaka Mendapat Julukan Bapak Republik Indonesia?
Pertemuan itu menelurkan keputusan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Hal itu dilakukan supaya Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Shodanco Singgih dipercaya untuk menyusun rencana penculikan ke Rengasdengklok. Singgih merupakan anggota Pembela Tanah Air (PETA), sebuah organisasi militer yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang.