KOMPAS.com – Indonesia memiliki beragam tradisi lomba perahu yang menjadi bagian penting dari warisan budaya daerah.
Dua di antaranya adalah Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, dan Perahu Bidar di Palembang, Sumatera Selatan.
Meski sama-sama mengandalkan kekompakan pendayung di sungai, keduanya memiliki perbedaan dari sisi asal-usul, bentuk perahu, teknik mendayung, hingga suasana lomba.
Pacu Jalur di Kuansing telah ada sejak abad ke-17. Awalnya, tradisi ini digelar untuk memperingati hari-hari besar kerajaan atau perayaan keagamaan, seperti Maulid Nabi. Perlombaan berlangsung di Sungai Kuantan yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat setempat.
Sementara itu, Perahu Bidar Palembang berkembang di tepian Sungai Musi sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Lomba bidar umumnya diadakan untuk memeriahkan peringatan HUT RI dan acara besar daerah.
Baca juga: Perahu Hancur, Nelayan Banyuwangi Terombang-ambing Sendirian di Selat Bali
Perahu Pacu Jalur dibuat dari sebatang kayu utuh yang dipahat, panjangnya bisa mencapai 25–40 meter, dengan kapasitas 40–60 pendayung. Bentuknya ramping dan dihias kain serta ornamen warna-warni saat lomba.
Perahu Bidar dibangun dari potongan papan kayu yang disusun, panjangnya rata-rata 20–25 meter, dengan kapasitas 20–30 pendayung. Bagian depan dan belakangnya melengkung, menyerupai perahu tradisional Melayu.
Pendayung Pacu Jalur duduk berbanjar menghadap ke depan dan mendayung ke arah luar perahu. Di bagian depan terdapat “tukang tari” atau juru pengatur irama.
Pendayung Perahu Bidar duduk saling berhadapan di sisi kiri dan kanan perahu, mendayung ke arah belakang. Seorang juru mudi berada di belakang, sedangkan penabuh genderang di depan mengatur ritme kayuhan.
Pacu Jalur berlangsung di Sungai Kuantan yang cenderung sempit dan lurus, dengan garis start dan finis di titik berbeda.
Baca juga: Melihat Perajin Perahu Bidar di Palembang Jelang HUT RI ke-80
Perahu Bidar digelar di Sungai Musi yang lebar, sering kali menghadapi arus kuat. Lintasan lomba bisa memutar atau memanfaatkan aliran bolak-balik sungai.
Pacu Jalur biasanya berlangsung selama beberapa hari, diiringi festival rakyat, bazar, dan pertunjukan seni. Persiapan perahu dilakukan gotong royong oleh warga desa.
Perahu Bidar menjadi bagian dari kemeriahan HUT RI di Palembang. Penonton memadati tepian sungai, dermaga, dan jembatan, dengan iringan musik khas yang menambah semarak lomba.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini